Mohon tunggu...
Lativa Nurrulita
Lativa Nurrulita Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tingginya Angka Pengangguran di Indonesia Karena Pandangan Masyarakat terhadap Pendidikan

28 Oktober 2024   11:17 Diperbarui: 28 Oktober 2024   11:17 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia mencatat tingkat pengangguran tertinggi di ASEAN pada tahun 2024, dengan angka pengangguran sebesar 5,2%. Tingginya angka pengangguran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kurangnya keterampilan kerja, preferensi masyarakat untuk mencari pekerjaan daripada berwirausaha, dan terutama oleh persepsi masyarakat terhadap pendidikan. Sebagian besar masyarakat Indonesia menganggap pendidikan sebagai sarana untuk memperoleh ijazah dan melamar pekerjaan di tempat yang baik, bukan untuk mencari ilmu. Pandangan seperti ini menjadi salah satu penyebab utama meningkatnya pengangguran di Indonesia.

Pandangan masyarakat yang keliru terhadap pendidikan terbukti memiliki dampak nyata. Berdasarkan wawancara dengan beberapa ibu rumah tangga di Kecamatan Nanggalo, Padang, sebanyak 2 dari 3 ibu rumah tangga setuju bahwa sekolah semata-mata bertujuan untuk mendapatkan ijazah dan mencari pekerjaan. Namun, realitas menunjukkan bahwa banyak pengangguran justru berasal dari kalangan berpendidikan, termasuk lulusan SMA/SMK dan bahkan sarjana. Anggapan bahwa sekolah hanya untuk mendapatkan ijazah ini mengabaikan kebutuhan dunia kerja akan keterampilan yang spesifik, yang sering kali tidak diajarkan di sekolah formal.

Pentingnya keterampilan khusus dalam dunia kerja kerap diabaikan oleh masyarakat. Misalnya, beberapa perusahaan membutuhkan kemampuan berbahasa Inggris yang baik. Namun, di sekolah, bahasa Inggris umumnya diajarkan secara dasar, sehingga banyak lulusan hanya memiliki keterampilan bahasa Inggris yang terbatas. Selain itu, pengalaman kerja yang diperlukan oleh banyak perusahaan sering kali tidak bisa diperoleh di sekolah, terutama di SMA yang kurang menyediakan program magang. Akibatnya, banyak lulusan SMA kesulitan mencari pekerjaan yang sesuai dan akhirnya menjadi pengangguran.

Pandangan masyarakat yang sempit terhadap pendidikan juga membuat mereka tidak terdorong untuk mengembangkan keterampilan lain. Mereka yang hanya fokus pada nilai akademik cenderung menghalalkan segala cara untuk mendapatkan nilai bagus tanpa berusaha mengasah keterampilan tambahan. Kondisi ini membuat para lulusan dengan ijazah saja kalah bersaing dengan orang lain yang memiliki keterampilan dan pengalaman yang lebih beragam. Mereka akhirnya kesulitan bersaing di pasar kerja dan lebih rentan menjadi pengangguran.

Pandangan yang keliru ini juga memperparah tingginya persaingan dalam dunia kerja. Sebagian besar lulusan hanya berharap bisa bekerja sebagai pegawai, sementara kesempatan di sektor kewirausahaan atau profesi lainnya sering diabaikan. Mereka harus bersaing dengan banyak lulusan lain, termasuk yang memiliki keterampilan dan pengalaman yang lebih unggul. Persaingan yang ketat ini menyebabkan peluang mereka untuk diterima kerja sangat kecil, sehingga angka pengangguran semakin meningkat.

Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah perlu memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai tujuan pendidikan yang sesungguhnya. Edukasi ini perlu ditekankan kepada para orang tua yang sering kali hanya berharap anaknya mendapatkan ijazah untuk mencari pekerjaan. Padahal, sukses di dunia kerja memerlukan lebih dari sekadar ijazah; keterampilan tambahan, jaringan, dan kerja keras juga penting. Dengan pemahaman ini, diharapkan masyarakat akan berusaha mengasah keterampilan yang tidak diajarkan di sekolah formal, sehingga peluang mereka untuk mendapatkan pekerjaan lebih besar.

Selain itu, pemerintah harus mempromosikan kewirausahaan atau entrepreneurship sebagai alternatif karier yang menjanjikan. Dengan bekerja sama dengan lembaga pelatihan dan kursus keterampilan, pemerintah dapat memberikan edukasi dan pelatihan mengenai cara memulai bisnis. Edukasi ini dapat membantu masyarakat, terutama para pengangguran, untuk berani memulai usaha sendiri dan menciptakan lapangan kerja baru. Sehingga, angka pengangguran di Indonesia diharapkan dapat menurun dengan berkembangnya sektor kewirausahaan.

Kesimpulannya, pandangan masyarakat yang salah terhadap pendidikan dapat berdampak buruk terhadap tingkat pengangguran di Indonesia. Persepsi bahwa pendidikan hanya untuk mendapatkan ijazah dan pekerjaan membuat banyak orang kesulitan bersaing di dunia kerja dan akhirnya menganggur. Namun, peran pemerintah dalam memberikan edukasi yang benar tentang tujuan pendidikan serta pentingnya entrepreneurship dapat menjadi langkah efektif untuk menurunkan angka pengangguran di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun