Mohon tunggu...
radar mahasiswa
radar mahasiswa Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Memberi wawasan terhadap Mahasiswa Ilmu Komunikasi UNIVET BANTARA Sukoharjo dengan tema yang jarang diangkat oleh media lain sebelumnya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Potensi Wisata Waduk Gajah Mungkur Wonogiri

14 Desember 2023   21:35 Diperbarui: 14 Desember 2023   22:05 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waduk gajah mungkur adalah sebuah waduk yang terletak 6 kilometer di selatan pusat perkotaan Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Waduk ini dibuat dengan cara membendung sungai terpanjang di Pulau Jawa, yakni Bengawan Solo. Waduk ini adalah waduk terakhir di Indonesia yang dibangun sendiri oleh Kementerian Pekerjaan Umum tanpa melibatkan kontraktor.

Waduk ini dinamakan Gajah Mungkur, karena terletak tidak jauh dari Pegunungan Gajah Mungkur di sisi barat waduk. Luas daerah tangkapan air (DTA) dari waduk ini mencapai 1.350 km2, dengan airnya dipasok oleh Bengawan Solo dan sejumlah anak sungainya, seperti Sungai Keduang, Sungai Tirtomoyo, Sungai Parangjoho, Sungai Temon, dan Sungai Posong. Luas genangan maksimum dari waduk ini mencapai 9.100 hektar[2] yang mencakup tujuh kecamatan, yakni Kecamatan Wonogiri, Ngadirojo, Nguntoronadi, Baturetno, Giriwoyo, Eromoko, dan Wuryantoro. Bendungan dari waduk ini dibangun di Desa Pokohkidul, Kecamatan Wonogiri.

SEJARAH

Ide pembangunan waduk ini sebenarnya telah dikemukakan pada tahun 1941 oleh Ir. R.M. Sarsito Mangunkusumo yang saat itu menjabat sebagai Kepala Pekerjaan Umum Mangkunegaran di Surakarta, tetapi pembangunan waduk ini belum dapat dilaksanakan, karena kondisi dan situasi saat itu yang belum memadai.

Hingga pertengahan dekade 1970-an, Bengawan Solo pun selalu meluap di musim hujan, sehingga menyebabkan banjir seluas sekitar 93.600 hektar. Tetapi, di musim kemarau, debit air Bengawan Solo tidak terlalu besar, sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan air dari masyarakat sekitar. Pada tahun 1975, JICA pun mulai mengadakan studi kelayakan mengenai pembangunan waduk ini, dan JICA kemudian menunjuk Nippon Koei untuk merancang waduk ini. Waduk ini lalu dibangun sendiri oleh Kementerian Pekerjaan Umum mulai tahun 1976 melalui Proyek Bengawan Solo (PBS). Selain pembangunan waduk, juga dilakukan pembangunan saluran listrik udara dari Wonogiri hingga Wuryantoro, serta pemindahan kabel telepon sepanjang 44 kilometer dan jalan raya sepanjang 43,4 kilometer dari Wonogiri hingga Talunombo.

Untuk memungkinkan pembangunan waduk ini, sekitar 41.369 orang warga yang tinggal di 45 desa di 6 kecamatan di Wonogiri pun harus dipindah. Sebagian besar kemudian mengikuti program transmigrasi ke Sumatera. Selain itu, untuk memungkinkan pemindahan jalan raya, tanah seluas 10.156 hektar juga harus dibebaskan. Ganti rugi atas tanah-tanah tersebut pun diberikan secara bertahap untuk menghindari terjadinya fenomena "kaya mendadak". Bendungan dari waduk ini kemudian dibangun di dekat pertemuan antara Bengawan Solo dengan Sungai Keduang. Waduk ini lalu mulai diisi pada bulan Juli 1981, dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 17 November 1981. Pembangunan waduk ini menghabiskan biaya sebesar US$ 111,056 juta atau sekitar Rp 69,5 milyar saat itu.

Pada tahun 1987, terjadi musim kemarau panjang, sehingga pola operasi PLTA dari waduk ini harus disesuaikan atas izin dari Gubernur Jawa Tengah, agar kebutuhan air irigasi tetap dapat terpenuhi. Musim kemarau panjang juga kembali terjadi sepuluh tahun kemudian.

PEMANFAATAN

Dengan dibangunnya waduk ini, debit banjir maksimal Bengawan Solo dapat dikurangi dari 4.000 meter kubik per detik menjadi hanya 400 meter kubik per detik, sehingga wilayah seluas 11.000 hektar dapat terbebas dari banjir. Waduk ini juga direncanakan dapat mengairi lahan pertanian seluas sekitar 23.600 hektar di Sukoharjo, Klaten, Karanganyar, dan Sragen. Air yang tertampung di waduk ini pun dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik melalui sebuah PLTA berkapasitas 12,4 MW yang dikelola oleh PLN Indonesia Power.

Waduk Gajah Mungkur juga dimanfaatkan sebagai obyek wisata. Di waduk ini, tersedia kapal yang dapat digunakan untuk mengelilingi waduk dan untuk memancing. Selain itu, tersedia juga wahana olahraga layang gantung (gantole). Terdapat juga taman rekreasi "Sendang" yang terletak 6 kilometer di selatan Kota Wonogiri. Pada musim kemarau, volume air waduk ini mengecil, sehingga sebagian dasar waduk dapat dilihat. Dasar waduk yang dapat dilihat tersebut pun dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk menanam tanaman semusim, seperti jagung.

POTENSI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun