Mohon tunggu...
Latif Rizqon
Latif Rizqon Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Pascasarjana MSI UII

Selanjutnya

Tutup

Money

Teori Produksi dalam Perspektif Ekonomi Islam

10 Januari 2018   21:27 Diperbarui: 11 Januari 2018   22:57 8053
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kegiatan produksi dan konsumsi merupakan mata rantai yang saling berkaitan satu sama lainnya. Oleh karena itu, kegiatan produksi harus sejalan dengan kegiatan konsumsi. Misalnya, adanya keharusan mengkonsumsi makanan dan minuman halal serta pelarangan mengkonsumsi makanan dan minuman haram. Maka kegiatan produksi juga harus sejalan dengan syari'at, yakni hanya memproduksi makanan dan minuman yang halal. Sebagaimana dalam konsumsi, produksi dalam islam, dilakukan dengan kerangka mashlahat. Kemashlahatan ini dilihat dari penggunaan faktor produksi yang halal (termasuk modal), proses produksi yang halal dan berkah (termasuk gaji pekerja) dan juga pemasaran atau distribusi dilakukan dengan sistem yang disesuaikan dengan syari'ah. [7]

Salah satu pengertian produksi merujuk kepada prosesnya yang mentransformasikan input menjadi output. Segala jenis input yang masuk dalam proses produksi untuk menghasilkan output disebut faktor produksi. Ilmu ekonomi menggolongkan faktor produksi kedalam:

  • Capital : termasuk didalamnya adalah tanah, gedung, mesin-mesin, dan inventori/perusahaan.
  • Materials :Termasuk didalamnya adalah bahan baku dan pendukung, yakni semua yang dibeli perusahaan untuk menghasilkan output termasuk listrik, air dan bahan baku produksi.
  • Labor :yaitu manusia itu sendiri.

Keadilan dan kebijakan bagi masyarakat secara keseluruhan sesungguhnya merupakan intisari ajaran islam. Untuk itu kegiatan produksi tentu saja harus senantiasa berpedoman kepada nilai-nilai keadilan dan kebajikan bagimasyarakat ini.

Adapun kaidah-kaidah berproduksi dalam islam antara lain:

  • Memproduksi barang dan jasa yang halal pada setiap tahapan produksi. 
  • Mencegah kerusakan di muka bumi, termasuk membatasi polusi, memelihara keserasian, dan ketersediaan sumber daya alam. 
  • Produksi dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu dan masyarakat serta mencapai kemakmuran. Kebutuhan yang harus dipenuhi harus berdasarkan prioritas yang ditetapkan agama, terpeliharanya nyawa, akal, dan keturunan/kehormatan, serta untuk kemakmuran material. 
  • Produksi dalam islam tidak bisa dipisahkan dari tujuan kemandirian umat. Untuk itu hendaknya umat memiliki berbagai kemampuan, keahlian, dan prasarana yang memungkinkan terpenuhinya kebutuhan spiritual dan material juga terpenuhinya kebutuhan perkembangan peradaban. 
  • Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia baik kualitas spiritual maupun mental dan fisik. Kualitas spiritual terkait kesadaran rohaniahnya, kualitas mental terkait dengan etos kerja, intelektual, kreatifitasnya, serta fisik mencakup kekuatan fisik, kesehatan, efisiensi dan sebagainya.

Produksi dalam perspektif islam tidak hanya berorientasi untuk memperoleh keuntungan yang setinggi-tingginya, meskipun mencari keuntungan juga tidak dilarang. Jadi produsen yang islami tidak dapat disebut sebagai profit maximzier. Optimalisasi falah harus menjadi tujuan produksi, sebagaimana juga konsumsi. Oleh karenanya secara lebih spesifik Siddiqi telah menyebutkan beberapa tujuan kegiatan produksi ini, antara lain:

  • Pemenuhan sarana kebutuhan manusia pada takaran moderat.
  • Menemukan kebutuhan masyarakat.
  • Persediaan terhadap kemungkinan-kemungkinan di masa depan.
  • Persediaan bagi generasi mendatang.
  • Pemenuhan sarana bagi kegiatan sosial dan ibadah kepada Allah.

Upaya produsen untuk memperoleh maslahah yang maksimum dapat terwujud apabila mengaplikasikan nilai-nilai Islam. Dengan kata lain, seluruh kegiatan produksi terkait pada tatanan moral dan teknikal yang islami. Nilai-nilai Islam yang relevan dengan produksi dikembangkan dari tiga nilai utama dalam ekonomi Islam, yaitu : khalifah, adil, dan takaful.

Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpullkan bahwa:

Definisi Produksi adalah adalah kegiatan manusia untuk menghasilkan barang dan jasa yang kemudian dimanfaatkan oleh konsumen. Teori produksi perspektif ekonomi Islam sebagaimana berikut:

  • Berperilaku produktif bukan hanya sekedar anjuran dari kegiatan ekonomi saja yang ditujukan kepada umat manusia, melainkan itu juga anjuran islam.
  • Dalam berperilaku produktif harus bersikap sungguh-sungguh dan tidak boleh bermalas-malasan.

Abdul Latif Rizqon, Mahasiswa MSI Universitas Islam Indonesia 16/17

[1] Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islam, (Jakarta: IIIT Indonesia, 2002)

[2] Sumar'in, Ekonomi Islam Sebuah Pendekatan Ekonomi Mikro Perspektif Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu,2013)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun