Ketika itu yang ada di pikiran saya bukan untuk mendapatkan untung atau mengamankan tabungan yang ala kadarnya, melainkan karena saya kepikiran hadist Rasulullah tentang keadaan akhir zaman.
“Akan datang kepada manusia, suatu masa yang mana tidak bermanfaat di masa itu kecuali Dinar dan Dirham.” (HR. Ahmad)
Di luar pembahasan soal tingkatan hadist-nya, saya percaya bahwa dinar (emas) dan (perak) sangat berharga dan tidak terbatas waktu. Nilainya yang stabil membuat dia digelari "safe haven". Dijuluki safe haven karena jika dunia dalam keadaan huru-hara para investor selalu memburu emas untuk menjaga asetnya. Tapi, sebaliknya jika dunia dalam keadaan aman, investor akan lebih memilih saham atau bitcoin atau apa saja yang lebih menguntungkan menurut mereka tentu saja. Kapitalis, jadi "maklum" saja.
Jadi, intinya
Jadi intinya tidak ada kerugian dalam menyimpan emas karena nilainya stabil sampai kapanpun. Hanya saja karena kita tinggal di dunia yang memakai uang kertas, jadi untuk memiliki tabungan emas harus tetap ada strateginya agar tidak buntung. Dan jangan lupa untuk mengeluarkan zakat jika sudah sampai nisab-nya ya. Agar harta jadi berkah dan tidak berbalik jadi fitnah. Sudah hitung emas di rumah? Apakah sudah wajib zakat atau belum? Hitung-hitungannya pernah saya tulis di artikel pribadi saya di sini.
"Saya pernah berada di antara kaum Quraisy. Kemudian Abu Dzar lewat dan berkata, ‘Sampaikanlah berita gembira pada orang-orang yang menyimpan hartanya (tidak mau membayar zakat) bahwa punggung mereka akan ditusuk hingga tembus lambungnya, dan tengkuk mereka ditusuk hingga tembus keningnya’" (HR. Bukhari)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H