Malang — Dalam dunia pelayanan kesehatan, perawat sering disebut sebagai ujung tombak yang menentukan kualitas pengalaman pasien di rumah sakit. Hal ini disampaikan oleh dua dosen keperawatan dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Tutu April Ariani dan Nur Aini, yang menyoroti pentingnya peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang tidak hanya profesional, tetapi juga penuh empati.
"Puas atau tidaknya pasien terhadap pelayanan kesehatan itu sangat dipengaruhi oleh bagaimana perawat memberikan pelayanan. Ini menjadi salah satu indikator utama kualitas pelayanan keperawatan di rumah sakit," ujar Tutu April Ariani.
Menurut beliau, untuk menjadi perawat yang berkualitas, diperlukan keterampilan yang tidak hanya bersifat teknis (hard skill), tetapi juga keterampilan interpersonal atau yang sering disebut soft skill. Nur Aini menambahkan bahwa soft skill mencakup kemampuan komunikasi, empati, dan caring. "Caring itu bukan sekadar peduli, tetapi juga menunjukkan sikap hormat dan menghargai orang lain," jelas Nur Aini.
Namun, kenyataannya masih banyak perawat yang belum sepenuhnya menerapkan perilaku caring dalam praktik mereka sehari-hari. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi dunia keperawatan, mengingat caring adalah salah satu aspek penting dalam membangun hubungan yang baik antara perawat dan pasien.
Meningkatkan Caring melalui Komunikasi Terapeutik
Untuk menjawab tantangan ini, Tutu April Ariani dan Nur Aini melakukan sebuah penelitian di Rumah Sakit Tk II Dr. Soepraoen, Malang. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan perilaku caring perawat melalui intervensi berupa pelatihan komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik adalah metode komunikasi yang dirancang untuk membantu pasien merasa nyaman dan dihargai, sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan.
"Kami melibatkan enam perawat yang dipilih secara kuota sampling, serta lima pasien yang diambil secara purposive sampling," kata Tutu April Ariani. Selama satu bulan, keenam perawat tersebut mendapatkan pelatihan intensif mengenai bagaimana berkomunikasi dengan cara yang lebih empatik dan penuh perhatian.
Hasil dari pelatihan ini cukup menggembirakan. Perawat yang telah mengikuti pelatihan menunjukkan peningkatan perilaku caring, terutama dalam hal komunikasi terapeutik. Hal ini juga berdampak pada meningkatnya tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan yang mereka terima.
Harapan ke Depan untuk Dunia Keperawatan
Nur Aini menekankan pentingnya mempertahankan perilaku caring dalam setiap interaksi dengan pasien. "Perawat adalah wajah dari rumah sakit. Ketika mereka menunjukkan sikap yang peduli dan empatik, pasien akan merasa lebih nyaman dan puas dengan pelayanan yang diberikan," katanya.
Beliau juga berharap agar pelatihan seperti ini dapat dilakukan secara rutin di berbagai rumah sakit, sehingga perilaku caring benar-benar menjadi budaya dalam dunia keperawatan. "Caring bukan hanya sebuah keterampilan, tetapi juga bentuk komitmen terhadap kemanusiaan," tutup Nur Aini.
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan peran perawat sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan semakin diperkuat, sehingga mutu layanan kesehatan di Indonesia dapat terus meningkat dan memberikan manfaat yang maksimal bagi masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H