Di balik senyum polos dan tawa riang seorang anak perempuan bernama Rara (nama smaran), tersembunyi luka mendalam akibat perceraian kedua orang tuanya. Rara, yang tinggal di perumahan guru di daerah Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, memiliki perawakan mungil dan cantik. Suaranya yang lembut dan mudah tertawa membuatnya disukai banyak orang. Namun, di balik keceriaannya, Rara menyimpan rahasia kelam: kecanduan mencuri.
Kecanduan Rara terungkap ketika ia baru duduk di bangku Sekolah Dasar. Saat itu, ia kedapatan mencuri handphone milik tetangganya. Kejadian ini menggemparkan warga perumahan, dan Rara menjadi sorotan. Meskipun tertangkap basah, Rara tetap tidak mau mengakui perbuatannya.
Setahun kemudian, Rara kembali melakukan aksinya. Kali ini, ia mencuri handphone di rumah tetangga yang sama. Kejadian ini terulang kembali, dan Rara tetap tidak mau mengakui perbuatannya. Sikapnya yang tidak kooperatif membuat warga curiga dan mulai menjauhinya. Rara pun semakin sering di rumah dan hanya bermain dengan sepupunya yang tinggal jauh dari rumahnya.
Perilaku Rara yang tidak biasa ini ternyata erat kaitannya dengan kondisi keluarganya yang kurang harmonis. Sejak ayah dan ibunya berpisah, Rara terpaksa mengurus dirinya sendiri. Ibunya bekerja keras dari subuh hingga maghrib, dan Rara diurus oleh nenek dan kakeknya. Meskipun kebutuhannya terpenuhi, Rara merasa kekurangan kasih sayang dan perhatian.
Ketika anak-anak lain di perumahannya sudah memiliki gadget masing-masing, Rara hanya bisa melihat dari kejauhan. Rasa iri dan ingin memiliki yang sama mendorongnya untuk mencuri.
Situasi Rara semakin memburuk ketika ibunya menikah lagi. Bapak tirinya yang tempramen sering membentak Rara di depan teman-temannya dan bahkan di rumahnya. Suara tangisannya yang pilu sering terdengar oleh para tetangga. Ibunya pun tidak kalah kasar dan sering memarahinya ketika Rara keluar rumah atau pulang larut malam.
Kondisi keluarga yang penuh tekanan dan kurangnya kasih sayang membuat Rara mencari pelarian dengan mencuri. Ia merasa bahwa dengan mencuri, ia bisa mendapatkan perhatian dan rasa puas yang tidak ia dapatkan di rumah.
Kisah Rara merupakan contoh bagaimana perceraian dan keluarga yang disfungsional dapat berdampak buruk pada anak-anak. Ketidakstabilan dan kurangnya kasih sayang dapat mendorong anak-anak untuk melakukan perilaku negatif seperti mencuri, bolos sekolah, atau bahkan terlibat dalam tindakan kriminal.
Kasus Rara menjadi pengingat bagi kita semua untuk selalu memperhatikan anak-anak yang mengalami masalah keluarga. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan dukungan yang mereka butuhkan dapat membantu mereka untuk tumbuh menjadi individu yang sehat dan bahagia.
Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk membantu anak-anak yang mengalami masalah keluarga:
Berikan kasih sayang dan perhatian. Anak-anak yang mengalami masalah keluarga membutuhkan kasih sayang dan perhatian ekstra dari orang dewasa di sekitar mereka. Luangkan waktu untuk berbicara dengan mereka, mendengarkan cerita mereka, dan memberikan pelukan hangat.