Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Vakum dari Organisasi? Jangan Cepat Ambil Kesimpulan

29 Desember 2016   06:07 Diperbarui: 29 Desember 2016   06:10 986
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berawal dari kekecewaan saya pada teman-teman sesama anggota paduan suara. Secara sepihak, mereka menghapus beberapa nama anggota yang sudah tidak pernah aktif lagi. Penghapusan itu dilakukan tanpa melakukan konfirmasi.

Mungkin mereka bermaksud menyeleksi mana anggota yang aktif dan benar-benar serius di paduan suara. Secara halus, saya sudah mengingatkan mereka. Namun mereka berkeras menghapus nama-nama itu dari keanggotaan tanpa konfirmasi pada yang bersangkutan.

Permasalahan ini coba saya lihat dari berbagai sudut pandang. Jika dilihat dari sudut pandang anak-anak paduan suara yang masih aktif, hal ini bertujuan menyeleksi. Tindakan penghapusan dianggap benar dan bisa menjadi pelajaran berharga bagi mereka yang tidak pernah aktif di paduan suara. Terlebih bbisa diterima menjadi anggota paduan suara tidak mudah. Harus melalui seleksi dan audisi yang ketat. Banyak orang di kampus kami ingin tergabung di UKM yang satu ini, namun tak semuanya bisa tergabung. Mereka yang pasif dianggap tidak mensyukuri kesempatan yang telah diberikan.

Namun lain halnya bila permasalahan ini dilihat dari sudut pandang anggota paduan suara non aktif. Bisa saja mereka marah, bertanya-tanya, dan merasa bersalah. Marah lantaran tidak dianggap di paduan suara. Penghapusan sepihak ini menunjukkan jika mereka dianggap tidak ada dan mereka tidak layak di hati paduan suara. 

Bertanya-tanya tentu saja, karena mereka mempertanyakan sikap anggota paduan suara yang secara sepihak melakukan penghapusan dari keanggotaan grup. Merasa bersalah lantaran mereka belum pernah aktif dan memberikan kontribusi untuk paduan suara. Bisa saja sebenarnya mereka berniat berkontribusi, namun terhalang. Misalnya kesibukan di organisasi lain, faktor keluarga, kurangnya dukungan dari lingkungan terkait paduan suara, terkena suatu penyakit, sulit membagi waktu, dll. Semuanya bisa terjadi. Setiap orang memiliki situasi dan kondisi berbeda-beda.

Kejadian ini membuat saya berefleksi atas pengalaman saya memimpin sebuah vocal group sewaktu di SMA 2 tahun lalu. Saya pernah mengalami hal yang sama. Sewaktu ada anggota yang vacum begitu lama, saya tidak langsung memblacklist-nya. Meski anggota lain, baik pria maupun wanita, kesal dengan teman pria kami yang satu itu karena tak pernah latihan, saya memutuskan untuk mendekatinya. Merangkulnya, meluluhkan hatinya, dan membuatnya membuka diri. Dari luar, usaha ini seakan sia-sia. Bagi saya tidak. Saya bertekad mendekatinya, dan tekad itu saya jalankan semaksimal mungkin. Sebab saya percaya, tiap orang memiliki hati yang baik, talenta, dan niat yang tulus.

Awalnya, saya dekati dia via medsos. Saya follow semua medsosnya. Saya sering mengomentari status dan foto-fotonya. Latar belakang keluarga dan sahabat-sahabatnya pun saya selidiki. Bahkan mantan-mantan kekasihnya menjadi teman-teman akrab saya. Beberapa anggota vocal group sampai heran, mengapa saya bisa berteman akrab dengan mantan-mantan kekasih dari anggota yang vacum itu. Saya berhasil mematahkan anggapan semua orang jika ia anak yang dingin, introvert, dan suka melakukan kebiasaan buruk. 

Ada pula yang menyebut dia arogan. Nyatanya, saat saya dekati dia, saya dapati fakta bahwa dia pemuda yang baik dan religius. Meski kenyataan bahwa ia pribadi yang tertutup dan tidak seekspresif yang saya sangka tak terbantahkan. Namun selebihnya, dia adalah pemuda tampan yang baik hati dan punya sisi religius yang tinggi. Akhirnya kami semakin dekat. Obrolan tak hanya terjadi di media sosial, melainkan di sekolah. Kami berbeda kelas, namun saya rajin mengunjunginya.

Saya berikan perhatian lebih pada pemuda itu. Saya tunjukkan simpati dan empati yang paling dalam ketika dia dibully teman-temannya karena keluar dari OSIS dan Paskibra. Ketika ia disakiti orang lain, saya membelanya. Saya pribadi tak pernah terima bila orang-orang yang saya sayangi disakiti orang lain. Akhirnya, melalui pendekatan yang intensif, kami bersahabat. Dia luluh pada saya. Bahkan kami jadi tak pernah segan atau canggung saat jalan berdua di beberapa kesempatan. Beberapa kali, saya pun bercerita dan membuka diri padanya. Dia sampai datang ke rumah saya bersama salah satu mantan kekasihnya. Tiap kali saya meminta sesuatu, dia tak bisa menolak dan selalu memenuhi apa pun permintaan saya.

Saat itulah dia akhirnya membuka diri pada saya. Menjelaskan alasan sebenarnya vacum dari vocal group itu. Semuanya disebabkan karena izin orang tua dan kesulitan membagi waktu. Problem ini kami pecahkan bersama-sama. Pada akhirnya, ia bersedia aktif lagi di vocal group. Bukan hanya itu, dia pun menjadi sahabat saya sampai hari ini. Di organisasi lain, boleh saja ia keluar. Namun di vocal group, dia tetap bertahan.

Tulisan ini bukan bermaksud untuk pamer atau tebar pesona. Saya hanya ingin membuka mata hati para pembaca bahwa jangan langsung menghakimi, men-judge, memvonis, atau mendepak seseorang secara sepihak dari keanggotaan suatu organisasi. Jika ingin mengeluarkan atau menyeleksi seseorang, lakukan secara baik-baik. Mintalah konfirmasi padanya. Pastikan apakah dia benar-benar ingin keluar atau memiliki alasan lain untuk vacum selama ini. Pahami kondisi mereka. Jangan sampai satu kesalahan menghambat karier dan prestasi seseorang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun