Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kompasiana Selalu di Hati

31 Maret 2017   11:07 Diperbarui: 1 April 2017   06:32 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Mungkin tulisan ini sedikit terlambat. Tapi lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali.

Sejak 2011, saya sudah mengenal Kompasiana. Gara-gara membaca rubrik fiksiananya. Perlahan ketertarikan itu muncul. Saya penasaran, lalu mulai mengeksplor apa saja yang terdapat di Kompasiana.

Makin lama, eksplorasi saya makin membangkitkan ketertarikan di hati. Ternyata tak sekedar fiksi yang ditampilkan. Ada pula rubrik-rubrik lainnya, seperti Muda, Kesehatan, Gaya Hidup, Wisata, Humaniora, Jakarta, bahkan Wanita. Awalnya saya sekedar membaca artikel-artikel yang bagus tanpa melihat siapa penulisnya. Setelah baca artikel, dalam hati memujinya bagus, lalu menutup tab tanpa melihat komentar, nama penulis artikel itu, dan interaksi yang terjadi di dalamnya lewat vote dan komentar. Waktu itu saya belum paham adanya sistem vote dan komentar di Kompasiana.

Tahun-tahun terus berlalu. Sejak 2011 hingga 2015 saya hanya menjadi silent reader tanpa account di Kompasiana. Barulah pada tanggal 29 Maret 2015 saya nekat membuat account di Kompasiana tanpa tahu cara menggunakannya. Saya hanya sekedar membuat saja.

Setelah membuat account, saya pun masih menjadi silent reader. Aneh ya? Pertama, karena saya masih belum tahu cara menggunakan account di Kompasiana. Kedua, saya malu memberikan vote dan komentar.

Akhirnya, pada tahun 2016, saya memberanikan diri menggunakan account saya. Perlu waktu cukup lama bagi saya untuk mengumpulkan keberanian. Entah saya terlalu bodoh atau bagaimana, tetap saja saya belum paham cara berinteraksi di Kompasiana. Saya tak mengerti, ada artikel-artikel yang banyak di-vote dan dikomentari, ada pula yang sedikit bahkan tidak sama sekali mendapat nilai dan komentar. Akhirnya seiring berjalannya waktu, saya paham tentang makna sharing and connecting di Kompasiana. Para Kompasianer saling berkunjung ke artikel Kompasianer lainnya. Kunjungan itu akan berbalas. Alhasil, sebuah artikel bisa dipenuhi banyak nilai dan komentar.

Pengetahuan tentang Kompasiana saya dapat sedikit demi sedikit. Awalnya saya tak tahu apa itu Pilihan HL, Nilai Tertinggi, Terpopuler, dan Trend di Google. Saya mulai tahu artikel-artikel seperti apa yang diapresiasi Pilihan atau Headline. Alhamdulillah, beberapa kali saya juga mendapat Headline meski saya sering kali tidak tahu. Saya tahu beberapa artikel saya Headline karena informasi dari orang lain.

Entah mengapa, Headline atau tidak, rasanya tak penting bagi saya. Menulis di Kompasiana pun sudah menjadi kepuasan tersendiri bagi saya. Dengan menulis, saya bisa berbagi, berinteraksi, dan mengaktualisasi diri. Selain itu, saya pun bisa berkontribusi, walaupun dalam porsi yang kecil sekali, untuk Kompasiana lewat tulisan saya.

Kompasiana merupakan media jurnalisme warga yang luar biasa bagi saya. Di sini, saya mengenal Kompasianer-Kompasianer hebat seperti Kompasianer Arif Albert dengan tulisan-tulisannya yang menyentuh dan melembutkan  hati, Kompasianer Johanis Malingkas dengan pemikirannya yang out of the box, Kompasianer Ikhwanul Halim dengan fiksi-fiksinya yang sangat bagus, Kompasianer Tjiptadinata Effendi dengan artikel-artikel inspiratifnya Kompasianer Tilaria Padika, Kompasianer Muhammad Armand,  Kompasianer Arif R. Saleh, dan Kompasianer Syantrie Aliefya dengan puisi-puisinya yang mencerminkan pelajaran hidup yang berharga. Ada juga Kompasianer-Kompasianer muda berbakat seperti Kompasianer Luana Yunaneva, Kompasianer Boris Toka Pelawi, Kompasianer Listhia H. Rahman, Kompasianer Tutut Setyorinie, dan Kompasianer Agita Bakti Wardhana. Kompasianer Bambang Setyawan menghadirkan reportase-reportase menarik dan mendalamnya tentang komunitas, kuliner, dan wisata di daerahnya. 

Kompasianer Adolf Izaac membawa bahasan seputar wisata dan travelingnya. Kompasianer Ronald Wan dan Kompasianer Venusgazer  dengan artikel-artikelnya yang selalu bagus. Kompasianer Mike Reyssent, Kompasianer Keanu Aray, dan Kompasianer Pebrianov dengan artikel-artikel politiknya yang kritis. Kompasianer Roman Rendusara lewat sejumlah artikel dan fiksinya yang selalu saya nantikan. Kompasianer Ronny Noor selalu hadir memberikan wawasan dan pengetahuan baru dalam setiap tulisannya. 

Ada pun Kompasianer-Kompasianer yang mahir menulis artikel Olahraga seperti Kompasianer Hendro Santoso, Kompasianer Achmad Suwefi, Kompasianer Herry Syofyan, dan Kompasianer Oish-Cleochyn a.k.a Charles Emanuel. Kompasianer Adica Wirawan rajin memaparkan pembahasan teknologi-teknologi mutakhir dalam tulisannya. Kompasianer Livia Halim, Kompasianer Fitri Manalu, dan Kompasianer DesoL menghadirkan dirinya lewat fiksi-fiksi karya mereka yang istimewa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun