Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ayah, Cintamu Telah Terbagi

27 Januari 2017   07:16 Diperbarui: 27 Januari 2017   07:56 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pernahkah kamu merasakan jatuh cinta? Jika kamu jatuh cinta, bagaimanakah kamu melukiskannya? Sangat sulit, bukan?

Ternyata, wanita cantik itu tengah merasakannya. Begitu pun lelaki tampan bermata teduh di sisinya. Cafetaria rumah sakit menjadi saksi bisu pernyataan cinta mereka. Dokter spesialis Anestesiologi dan psikolog saling cinta. Dua manusia yang sama-sama mengabdikan hidup sebagai praktisi kesehatan.

“Apa yang ingin kamu katakan?” tanya si lelaki. Tersenyum, menatap wanitanya.

“Arif Albert...I love you.”

Sedetik. Dua detik. Tiga detik. Empat detik. Lima detik. Albert terpana, lalu memeluk tubuh wanita itu. Menenggelamkan tubuh sang wanita dalam dekapannya.

**    

Albert terbangun. Lagi-lagi ia memimpikan kenangan itu. Kenangan bertahun-tahun lalu itu masih tersimpan rapi dalam kotak ingatannya.

Jam dinding di seberang ruangan menunjukkan pukul empat lewat lima menit. Masih terlalu pagi untuk memulai aktivitas. Sesaat tadi, kehadiran wanita itu terasa amat nyata. Namun kenyataannya, wanita itu sudah pergi selamanya dan tidak mungkin kembali.

Kamar tidur mewah berpendingin ruangan dengan balkon dan kamar mandi pribadi itu serasa terlalu besar untuk ditempati sendiri. Begitu pun ranjang berukuran king size dengan bedcover putih itu. Tak ada lagi wanita cantik yang biasa menemaninya di sini.

Perlahan Albert bangkit dari ranjang. Melangkah ke depan grand piano. Tatapannya terfokus pada foto wanita berambut panjang dan berdagu lancip yang terpasang di dinding. Kesepuluh jarinya bergerak di atas tuts piano, memainkan intro.

Teringat pada saat itu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun