Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Anak Tunggal Tak Selamanya Negatif

31 Januari 2017   07:24 Diperbarui: 31 Januari 2017   09:12 1846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Chelsea adalah putri tunggal Albert. Ia bahagia dengan posisinya. Chelsea tumbuh menjadi gadis yang cantik, mandiri, multitalenta, pintar, baik hati, dan berprestasi. Selain itu, ia sangat perhatian pada ayahnya. Ketika Albert didiagnosis mengidap Sirosis dan harus dioperasi, Chelsea memberikan seluruh waktu dan perhatiannya untuk Albert. Albert adalah sosok sempurna di mata Chelsea. Chelsea mengidolakan dan menyayangi ayahnya. Jika ia menikah nanti, ia ingin memiliki pendamping hidup seperti Albert.

 Di sisi lain, Albert sangat menyayangi Chelsea. Ia sadar kalau Chelsea tipe anak manja dan pencemburu. Buktinya, Chelsea melarang Albert menikah lagi. Namun kemanjaan dan kecemburuannya masih dalam batas wajar.

Secara finansial, kehidupan Chelsea lebih dari cukup. Ia tak pernah kekurangan materi dari ayahnya. Begitu pula dalam hal kasih sayang. Ia mendapatkan kasih sayang dan perhatian penuh dari Albert tanpa terbagi.

Sampai akhirnya Chelsea menikah, ia berniat memiliki satu anak. Ia ingin mencontohkan pola asuh seperti yang selama ini dilakukan Albert padanya.

Corry anak kelima dari enam bersaudara. Ia merasakan orang tuanya begitu pilih kasih. Corry sering dibanding-bandingkan dengan saudara-saudaranya. Sekeras apa pun Corry berusaha menjadi yang terbaik, tetap saja ia mengalami diskriminasi di keluarganya sendiri. Sering kali ia iri pada kehidupan Chelsea.

Hal lain yang membuat Corry kecewa adalah seringnya konflik antarsaudara kandung. Hidupnya menjadi tidak tenang. Corry kekurangan perhatian dan kasih sayang. Tidak ada yang mengerti dan memperhatikan dirinya.

Sebelum menikah, Corry mengajukan satu syarat pada calon suaminya. Ia hanya ingin punya anak tunggal. Calon suaminya menyetujui syarat itu. Mereka pun menikah dan memiliki satu anak. Corry membuktikan bahwa ia bisa berbahagia seperti Chelsea dengan memiliki anak tunggal.

Di sini, saya menulis dari sudut pandang anak. Bukan dari sudut pandang orang tua. Sebab saya belum jadi orang tua. Dua ilustrasi di atas pun saya lihat dari sudut pandang anak.

Di zaman dulu, keluarga yang mempunyai banyak anak dianggap lebih baik. Mulai dari tiga, lima, tujuh, sembilan, bahkan dua belas anak. Anggapan banyak anak banyak rezeki dianggap yang paling baik.

Namun, anggapan itu telah luntur seiring dengan kecanggihan teknologi dan kenaikan standar hidup. Pria dan wanita yang ingin memiliki satu anak dianggap normal. Anak tunggal dalam keluarga sudah dianggap ideal.

Anak tunggal lekat dengan stereotip negatif. Antara lain manja, egois, pencemburu, selalu ingin diperhatikan, dan kesepian. Apakah selamanya akan tetap begitu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun