"Sudah membaik. Aku langsung kembali ke sini setelah Mama meninggalkan rumah sakit."
Suara bass bertimbre berat bernada lembut itu bagai menghipnotis Tiwi. Melumerkan kerak-kerak kemarahan di dasar jiwa.
"How about you, sweetheart?" Calvin balik bertanya.
"Aku rindu semua kegiatanku," keluh Tiwi. Alumnus Sastra Indonesia dari sebuah universitas ternama di Semarang itu memilin-milin tepi gaunnya.
"Aku rindu kegiatan komunitas sastra. Rindu menulis fiksi. Rindu melayani customer di gerai kosmetikku. Rindu fashion show. Oh, gara-gara pandemi ini, aku batal fashion show di pamerannya mantanmu yang cantik, Alea."
Calvin tetap rileks mendengar nama Alea. Lembut dielusnya rambut sang istri. Dibesarkannya hati Tiwi bahwa pandemi ini akan cepat berlalu.
Seberkas ide melintas di kepala Tiwi. Digamitnya lengan Calvin ke lantai atas.
"Mau mempersembahkan fashion show hanya untukku, sweetheart?" Calvin tersenyum menawan. Menebak isi kepala Tiwi dalam sekejap.
Wanita yang telah lama menjadi admin sebuah grup menulis itu mengangguk mantap. Balkon bagaikan catwalk. Musik mengalun. Tiwi berpose, lalu mulai melangkah anggun diiringi lagu.
Sulit bagiku
Menghadapi kamu