Bersyukurlah, Anakku
Ayunan biru itu didorongnya pelan. Sepasang mata sipitnya menatap nanar sekumpulan anak kecil yang tengah asyik bermain. Tak seperti biasanya, taman kompleks begitu ramai saat Jumat pagi.
Bocah tampan bermata sipit itu tak bergabung dengan anak-anak sebayanya. Ia seperti tenggelam dalam dunianya sendiri. Meski begitu, timbul sepercik keinginan untuk larut dalam keceriaan bersama mereka. Sayangnya...
Buk!
Lamunannya terburai. Bola basket orange menghantam seraut wajah oriental itu. Refleks ia menggamit bola itu ke dada, memeluknya.
"Yaaaah..." keluh tiga anak lelaki berambut lurus dengan kompak.
Mereka bergegas ke dekat ayunan. Wajah-wajah mungil menyeruak tak senang mendapati bola mereka berada di tangan anak berparas oriental. Tepat pada saat itu, si anak bangkit dari ayunan biru. Tangannya terulur menyodorkan bola.
"Hei, kamu kan Jose Gabriel anak sombong itu." Nada suara Audrey begitu ketus saat menunjuk Jose.
"Cabut yuk. Bolanya buat dia aja. Ntar tangan kita kotor."
Seraya menjulurkan lidah, ketiga anak itu berlari pergi. Jose memandang sedih punggung mereka. Dibiarkannya si kulit bundar meluncur lepas, lalu menggelinding di rumput.