Seorang wanita, sebut saja Adela, tiba-tiba ditinggalkan calon suaminya. Si calon suami memutuskan membatalkan pernikahan sebulan sebelum hari H. Pada saat makan malam keluarga, Adela dan ibunya mengumumkan dengan berat hati tentang batalnya pernikahan itu.
Adela sangat tertekan. Dirinya stress dan patah hati. Hal yang paling tak tertahankan oleh Adela adalah pertanyaan dari teman-teman kantornya. Mereka menanyai Adela tentang pernikahan. Lantaran tidak kuat, Adela memutuskan resign dan pindah ke luar kota.
Hmmm, ini kasus kedua yang ditemui Young Lady cantik. Jaraknya hanya empat bulan dari kasus pertama.
Apa alasan orang membatalkan pernikahan? Ketidakcocokan, perselingkuhan, pemalsuan identitas, diam-diam telah menikah dengan orang lain, restu orang tua, dan setumpuk alasan lainnya.
Apa pun alasannya, pembatalan pernikahan sangat tidak baik untuk dilakukan. Efeknya jangka panjang berupa trauma, depresi, dan kehilangan semangat. Hal itulah yang diutarakan psikolog klinis Ayu Sutomo, M.psi. Efek berupa trauma dan kehilangan semangat rentan dialami wanita yang tidak kuat ketahanan psikologisnya.
Dari mana kita tahu ketahanan psikologis kita kuat? Dari cara kita memandang diri sendiri, cara menghadapi masalah yang terjadi, dan cara menghadapi pandangan di lingkungan sosial.
Dari pada mencibir dan menghakimi, lebih baik kita beri dukungan psikologis pada orang yang batal menikah. Yang pertama harus kita lakukan adalah jangan mengungkit-ungkit seputar rencana pernikahan.
Jangan sebut masa lalunya. Jauhkan dia dari hal-hal yang membuatnya teringat bakal calon suami/istri yang gagal. Hindari bertanya tentang pernikahan dan sebab batalnya pernikahan. Namun, beri dia kesempatan untuk bercerita jika dia menginginkannya.
Selanjutnya, ajak dia mencari suasana dan kegiatan baru. Orang yang batal menikah cenderung terpuruk dan kehilangan semangat. Hal itu mempengaruhi produktivitasnya. Ajaklah ia mencari suasana baru. Misalnya dengan berlibur atau melakukan hobi baru yang disukainya.
Setelah si korban teraniaya menemukan kenyamanan kembali, bimbing mereka untuk menerima kenyataan dan melanjutkan hidup. Bantu mereka untuk menerima kasus pembatalan pernikahan sebagai masa lalu, tetapi cegah mereka untuk menoleh ke belakang. Terus dorong mereka untuk melanjutkan hidup tanpa dirisaukan masa lalu yang kelam.
Saat kondisi dia terpulihkan, bantulah untuk move on dan menemukan pengganti. Salah satu cara untuk menautkan hati yang patah adalah dengan menemukan cinta yang baru.