Radikalis dan teroris tidak bisa digeneralisir berdasarkan suku, profesi, status sosial, dan kondisi ekonomi. Mereka yang terpapar radikalisme bisa berasal dari kalangan mana pun. Dan satu hal yang pasti, tidak ada agama mana pun yang menghalalkan radikalisme.
Hei mayoritas, Young Lady cantik mau ajak kalian berpikir seperti cara berpikir Atticus Finch di To Kill A Mockingbird. Atticus mengajarkan untuk berpikir dari sudut pandang orang lain. Bayangkan bahwa saat ini kalian tengah melakukan ibadah di rumah, atau merayakan hari raya. Lalu tetiba pintu rumah kalian digedor kasar, orang-orang bertampang seram masuk dan menghardik,
"Bubarkan kegiatan ini! Kegiatan ini membahayakan!"
Padahal kalian hanya berdoa, setelah itu makan bersama. Tidakkah kalian sakit hati? Tidakkah kalian bersedih dan patah hati? Menyakitkan ketika kita dihakimi oleh orang yang belum tentu mengenal kita luar-dalam. Itu, seperti itu juga yang dirasakan minoritas ketika dihakimi, diusir, dan dihalangi saat melakukan kegiatan.
Belajarlah berpikir dari sudut pandang orang lain. Berhenti menghakimi sebelum mengenali. Mengambil dari Novel To Kill A Mocking Bird karya Harper Lee, kita takkan benar-benar memahami seseorang sebelum kita memakai pakaiannya, berpikir dari sudut pandangnya, dan berada di bawah kulitnya.
Belum ada kata terlambat. Dua hari sebelum peringatan Hari Toleransi, kita masih bisa menyembuhkan luka-luka akibat ulah orang jahat yang berusaha menciderai kesatuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H