Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Merayakan Ulang Tahun dengan Luka, di Situlah Aku Menghadirkan Revan dalam Hidupku

8 September 2019   06:00 Diperbarui: 8 September 2019   07:21 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

-Silvi-

Kalian tahu apa perayaan ulang tahun terindah?

Pesta mewah di private room? No.

Candle light dinner? Nope, karena seorang Silvi tidak mungkin mendapatkannya.

Garden party lengkap dengan tumpukan kado, bunga, dan lilin? Tidak mungkin juga, sebab Silvi Mauriska tidak punya teman.

Ada cara yang lebih baik. Jauh lebih baik. Yaitu dengan luka.

Ya, self harm adalah perayaan ulang tahun paling luar biasa. Self harm adalah pesta ulang tahun teristimewa. Luka adalah dkorasi pesta. Darah adalah wellcome drink. Baju belepotan noda merah adalah dress codenya. Birthday cake dan lilin kalah nikmat dibanding luka yang diguratkan dalam tubuh.

Di kala sepi menyergap, di situlah kuhadirkan "Revan" dalam hidupku. Ia pria Manado Borgo yang tampan dan bermata biru. Jika Calvin punya batas waktu dalam menemaniku, Revan tidak. Dia membersamaiku 24 jam. Sebab Revan adalah versi laki-laki dari Silvi.

Revan kembar denganku. Bedanya, ia berambut pirang. Sementara aku berambut hitam. Tak masalah, kami tetaplah bagian yang sama.

Jika Calvin hanya mencintai tubuhnya sendiri dengan tidur berjam-jam, Revan tidak seperti itu. Sebab dia tidur di dalam ragaku. Bila Calvin hanya cinta dengan rumahnya, Revan mencintai tubuhku dengan mendukungku untuk melukainya. Ia tahu apa yang kusuka.

Bicara tentang kesukaan, aku menyukai penampilan Revan. Dia berbeda dengan kebanyakan rekan-rekan penulisku yang tampil urakan dan berantakan. Revan terbiasa tampil rapi dengan jas biru yang sesuai dengan warna matanya. Dia mengajar dengan hati tulus, namun dingin di luar. Sepanjang hidupnya, Revan terjerat sepi. Ilmu Psikologi yang diajarkan dan dipelajarinya tak membantu mengusir kesepian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun