Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Untuk Deodatus Andreas Deddy Cahyadi

5 Agustus 2019   06:00 Diperbarui: 5 Agustus 2019   10:32 3969
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam salah satu episode Ini Talkshow, Young Lady cantik pernah mendengar Azka menyebut three words for describe his father: fun, cool, and maskulin. Masih di acara yang sama, Om Deddy juga mendemonstrasikan kebolehannya memasak sandwich dan minuman dari sirup mapple. Wow...

Honestly, Om Deddy mengingatkan Young Lady cantik pada my charming angel with the slanting eyes. Kompasianers pasti sudah tahu siapa dia. Buat Young Lady, malaikat tampan bermata sipitku "Calvin Wan" lebih dari sekedar pendamping. 

Ia merangkap guru, konselor, pembaca buku yang baik, story teller, bahkan ayah. Keren kan? Tidak banyak pria yang bisa mengambil peran ganda itu sekaligus. Yah seperti itu tipe pria charming versi Young Lady cantik bermata biru: tampan, oriental, daddyable, dan bisa membuat nyaman anak spesial.

Second, Young Lady cantik mengagumi Om Deddy yang bisa sukses karena mau tampil beda. Pasti pada ingat dong gimana penampilannya waktu jadi pesulap dan kini menjadi host Hitam Putih. 

Belum lagi inovasi program dietnya yang penyebutan singkatannya sama dengan gangguan kepribadian obsesive compulsive disorder (OCD). Tapi OCD versi ini adalah Obsessive Corbuzier's Diet. 

Om Deddy, dengan disleksia dan background etnis minoritas, akhirnya bisa sukses karena berani berbeda dari yang lain. Kuncinya bukan kerja keras, tetapi keberanian untuk tampil berbeda. Keberanian untuk menjadi berbeda bukannya tanpa risiko. 

Namun, risiko yang harus dijalani tak seberapa dibandingkan manisnya peluang kesuksesan yang lebih besar. Apa sih risiko menjadi berbeda? Paling-paling sulit dipahami, kesepian, hanya sedikit orang yang bisa dipercaya, dihujat netizen yang mahabenar, dan sesekali, mungkin, terhambat sistem feodalistis orang-orang yang membenci perbedaan. 

No problem. Toh orang yang berbeda dan terjebak zona minoritas bisa sukses juga, kan?

Third, bijak dan open minded. Buktinya, Om Deddy mampu membuat Azka tidak menjadi broken kids setelah badai prahara. Om Deddy membuktikan bahwa anak broken home tak harus menjadi anak yang rusak dan hancur. Ini bijak sekali. 

Cinta tak harus mengajarkan keributan. Bila berpisah menciptakan keharmonisan, ya pisah saja. Begitu kan prinsipnya?

Open minded, terlihat dari cara Om Deddy yang membebaskan Azka mempelajari apa yang disukainya. Para orang tua harus belajar dari Om Deddy. Banyak, banyak sekali orang tua yang masih memaksakan anaknya menguasai semua bidang dan menjadi apa yang mereka inginkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun