Tak ada tanggapan. Anehnya, Jose tidak kesal. Terus diperhatikannya si gadis kecil. Di tangan kanannya yang mungil, terpegang sebentuk keranjang rotan. Bunga-bunga di dalamnya begitu segar.
"Itu bunga buat siapa?" tanya Jose, menjajari langkah si gadis.
Hening. Tiada sahutan. Jose tetap sabar. Sesabar Albus Dumbledore menghadapi kemarahan Harry Potter dalam seri Order of Phoenix.
Si gadis mempercepat langkah. Rambut panjangnya berayun seirama langkahnya. Ia memasuki ruang rawat berisi dua pasien lansia. Diucapkannya salam, lalu dia letakkan bunga-bunga segar ke atas meja samping tempat tidur mereka. Jose menatap kagum gerakan gadis itu.
Pintu kedua, ketiga, keempat, kelima, dan pintu-pintu lainnya. Begitu terus yang dilakukan si gadis sampai bunganya habis. Kekaguman Jose membesar.
"Siapa namamu?" Jose melontarkan tanya kedua.
Tetap saja gadis itu membisu. Mustahil ia tunawicara. Bukankah tadi dia mengucapkan salam pada pasien lansia?
"Ya ampun, Sayang...kamu dari mana saja?" Bunda Alea mengelus dada ketika dilihatnya Jose terburu-buru masuk unit hematologi satu jam kemudian.
"Maaf, Bunda. Tadi ada pengantar bunga misterius." kata Jose meminta maaf.
Ya, Jose menamai gadis itu pengantar bunga misterius untuk sementara. Sampai identitas si gadis kecil terkuak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H