Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[3 Pria, 3 Cinta, 3 Luka] Altar Hancur, Kemanakah Mataku

11 Februari 2019   06:00 Diperbarui: 11 Februari 2019   05:57 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

-Semesta Calvin-

Altar Buddha itu hancur. Human error. Calvin sendiri yang menabraknya tadi pagi. Saat itu dia tergesa-gesa, takut terlambat ke rumah Abi Assegaf.

Abi Assegaf tak bisa bangun dari tempat tidurnya. Bukan, bukan karena lumpuh. Tetapi karena kegelapan.

Kegelapan yang tetiba menyelimuti penglihatannya. Apa yang ia takutkan terjadi. Abi Assegaf kehilangan penglihatan. Sungguh, pedih tak terkira saat penglihatan kita dihilangkan. Tak setitik pun cahaya yang tertangkap mata. Sesuatu akan terasa berharga ketika kita telah kehilangannya. Kemana mata itu, kemana? Kemanakah titik-titik cahaya itu, kemana? Benarkah kornea, retina, dan irisnya sempurna lumpuh?

"Calvin..." lirihnya menyebut nama Calvin.

Bagaimana malaikat tampan itu tidak bersedih melihat kondisi Tuan yang dikasihinya? Ia tak terlalu sedih saat altarnya hancur. Tapi kali ini, hatinya sempurna disergap kesedihan.

"Gelap. Kenapa semuanya gelap, Calvin? Abi tidak bisa melihat apa-apa."

Memilukan, mengapa mata Abi Assegaf harus diambil secepat itu? Mengapa banyak hal direbut darinya? Istri, anak, cinta, dan kini matanya.

Terlintas ucapan mendiang Mamanya. Bila seseorang sedih, peluklah dia. Sebuah pelukan dapat membasuh kesedihan.

Dengan penuh kasih, Calvin memeluk Abi Assegaf. Ia peluk Abi Assegaf seperti memeluk ayahnya sendiri. Hati malaikat menguatkan yang rapuh.

Lihatlah sifat seseorang yang sebenarnya saat ia memperlakukan orang sakit. Calvin, bintang basket itu, mahasiswa terpintar idola para gadis itu, memeluk dan membaktikan hidupnya untuk ayah yang tak berdaya. Figur berbakat dan populer saja mau memeluk dan memperlakukan orang sakit dengan penuh kasih sayang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun