-Semesta Calvin-
Ragu-ragu dinaikinya tangga marmer. Iris mata Calvin menangkap tiga pelayan berdiri kaku. Satu di antara mereka memegang sapu. Yang lainnya menenteng gulungan karpet. Pelayan terakhir melipat seprai.
"Kenapa kalian di sini?" Calvin bertanya-tanya.
Sebagai jawaban, jari telunjuk salah satu pelayan mengarah ke pintu. Pintu berpernis mengilap itu terbuka. Kilasan ruang tamu terlihat jelas. Nampak Abi Assegaf tengah berpelukan dengan seorang pemuda. Pemuda itu berkulit putih dan bermata sipit. Jasnya rapi, persis seperti Abi Assegaf. Dalam hati, Calvin menyimpan tanya.
"Dia Adica Wirawan Assegaf. Anaknya Tuan."
Anak? Kelopak matanya mengerjap. Adica sama sekali tidak mirip dengan Abi Assegaf.
"Pasti kamu nggak percaya. Beneran kok, dia anak Tuan Assegaf. Mukanya lebih mirip Nyonya Adeline."
Calvin mengangguk paham. Keraguannya lesap. Ia berbalik, meneruskan langkah. Tak peduli keluhan tiga pelayan. Durasi kerjanya dimulai.
Abi Assegaf melepas pelukannya. Menyambut Calvin hangat. Adica menatap curiga.
"Siapa kau?" Nada suara Adica sedingin Laut Baltik.
"Saya Calvin, caregiver Tuan Assegaf."