Adica tersenyum penuh kemenangan, menghabiskan tehnya, lalu bangkit. "Aku mau cek caregiver itu."
Calvin bersiap diri ketika Adica mendatanginya. Senyuman terhapus, digantikan ekspresi dingin. Suasana horor mencengkeram ruang keluarga.
"Kalau kau merawat Abiku hanya karena uang, lebih baik kau angkat kaki dari sini!" gertaknya.
"Aku tulus merawat Abi Assegaf."
"Bagus. Kau tahu kan? Abi hanya mau dirawat seorang Muslim."
Calvin mengangguk. Tubuhnya sedikit gemetar di bawah tatapan tegas sang tuan muda. Sejurus kemudian, mantan broadcaster itu mengeluarkan Alquran kecil dari saku jasnya. Dibuka-bukanya secara acak. Berhenti pada juz 27 Surah Ar-Rahman. Lalu ia menyodorkan Alquran itu ke tangan Calvin.
** Â Â
-Semesta Tuan Effendi-
Seraut wajah itu tak pernah dilupakannya. Wajah oriental putih, mulus, nan bening. Tuan Effendi mengingatnya bukan karena ketimpangan orientasi seksual. Ia mendamba sosok itu sebagai anaknya.
Andai saja pemuda tampan itu anaknya. Dari pembawaannya, tahulah Tuan Effendi betapa lembut dan sabar pemuda itu. Beruntung sekali pria Middle East yang ia jaga.
Diam-diam Tuan Effendi mengharapkan pertemuan lagi. Haruskah ia mencari tahu tentang pemuda oriental dan pria Middle East? Bagaimana caranya?