Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Langit Seputih Mutiara, Elegi Cinta Abi Assegaf

23 November 2018   06:00 Diperbarui: 23 November 2018   06:08 770
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Debur ombak membangunkan Abi Assegaf. Sepasang mata teduh itu perlahan membuka. Ia terbangun disambut kesepian.

"Papa kesepian, Calvin. Kamu jarang di rumah. Kamu terlalu sering memperhatikan Assegaf." keluh Tuan Effendi.

Calvin mengangguk. Ia mengerti, sangat mengerti. Namun, haruskah ia mengingkari janjinya pada Adica?

Adica bergerak resah di kursi siaran. Produser acara dan pengarah teknik yang menemaninya melayangkan tatapan curiga. Kenapa lagi anak ini? Pikir mereka bertanya-tanya. Sejak tadi, ia tak berkonsentrasi membawakan sajian musik dan informasi.

Tak tahan merasakan desakan frustrasi, Adica menyalakan iPhonenya. Ia harus mengecek kondisi Abi Assegaf. Sungguh, dia resah meninggalkan Abinya sendirian di rumah. Siang ini, dia sibuk sekali. Ada jadwal siaran hingga pukul tujuh malam. Arlita mengurus butiknya. Syifa menjadi delegasi perwakilan kampus untuk kegiatan intern universitas.

"Ya, Allah, jagalah Abi Assegaf. Jauhkan ia dari rasa sakit..." desah Adica penuh harap.

Harapnya lesap. Abi Assegaf terhuyung menuruni tangga marmer. Tak ia temukan tiga orang yang paling disayanginya. Sudahkah mereka melupakannya? Terlalu sibukkah mereka hari ini?

"Arlita...Adica...Asyifa." panggil Abi Assegaf lirih. Di sela langkah yang memelan, di antara helaan nafas yang kian menipis, Abi Assegaf nyaris menyerah dengan kelemahannya.

Keheningan rumah mewah tepi pantai membuatnya putus asa. Abi Assegaf kembali ke kamarnya. Ia ambil biola, lalu melangkah ke balkon. Di balkon, Abi Assegaf bermain biola dan bernyanyi.


Andaikan kabut tak menyulam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun