Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Langit Seputih Mutiara, Elegi Cinta Abi Assegaf

23 November 2018   06:00 Diperbarui: 23 November 2018   06:08 770
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bukan salahmu. Aku yang salah. Kondisiku drop saat kamu sibuk."

Namanya penderita penyakit kronis, mana bisa diprediksi dengan mudah? Di satu waktu, keadaannya stabil. Di waktu lain, bisa saja turun drastis.

Mendengar dialog singkat itu, mau tak mau Calvin teringat dirinya sendiri. Terlempar dalam deja vu, dia mengingat awal-awal Accute Lymphocitic Leukemia (ALL) menyerangnya. Sungguh tak enak harus menyusahkan orang-orang yang dia cintai.

Roda berputar. Situasi berbalik tajam, setajam gerakan roller coaster yang menakuti penumpangnya. Kini, Abi Assegaf yang berjuang melawan rasa sakit. Itulah alur kehidupan. Misterius, sulit ditebak, namun mengandung banyak pelajaran berharga. Jika sudah begitu, manusia hanya bisa mengambil kepingan mozaik pelajaran berharga di setiap kejadian.

**       

Maghrib berganti Isya. Arlita dan Calvin shalat di kamar biru. Malam ini, laut terdengar begitu tenang. Deburan ombaknya tak seatraktif siang tadi.

Dengan terpaksa, Abi Assegaf shalat sambil berbaring. Shalat dengan cara kurang normal tak mengurangi intensi kedekatannya dengan Illahi. Ia tetap khusyuk, bahkan merasa lebih dekat.

Dalam keheningan transendental, tetiba terdengar suara gaduh di anak tangga. Lebih dari sepasang kaki berjalan naik. Disusul bunyi debam pintu membuka.

"Abi!"

Adica dan Syifa berlarian masuk ke kamar. Syifa menangis, meraih tangan Abi Assegaf dan menciuminya. Sementara itu, Adica berdiri terpaku. Hatinya tercabik kesedihan dan penyesalan.

"Sssttt...apa-apaan kalian ini? Abi kalian sedang shalat, jangan diganggu!" kata Arlita galak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun