Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Langit Seputih Mutiara, Elegi Cinta Abi Assegaf

23 November 2018   06:00 Diperbarui: 23 November 2018   06:08 770
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Arlita, aku baru saja datang. Kamu mau pergi begitu saja?"

Arlita berbalik. Dengan marah, ia menyahuti.

"Suamiku sakit. Dia seratus kali lipat lebih penting dari pada kamu."

Ex seminaris yang kini meniti karier di bidang lain itu tertawa. Binar matanya memancarkan sarkasme. "Masih mengurusi Zaki Assegaf yang tak punya harapan hidup itu lagi?"

"Zaki Assegaf adalah masa laluku, masa kiniku, masa depanku dunia-akhirat. Tentu saja akan kuberikan hidupku untuknya. Dan kau, Yonathan, sebaiknya pergi dari sini! Jangan ganggu aku lagi!"

Tamparan pun kalah menyakitkan dibanding kata-kata Arlita. Mantan model yang kini menjadi pengelola butik itu telah menutup rapat pintu hati untuknya.

Arlita berlari menyusuri pelataran butik. Ia buka pintu mobilnya. Dua menit berselang, sedan mewah itu meluncur pergi. Meninggalkan kepulan debu yang tepat mengenai wajah sang mantan tak terindah.

**      

Siapakah yang datang lebih dulu untuk Abi Assegaf? Coba kalian tebak. Arlita? Jelas bukan. Waktunya terbuang percuma untuk melayani si pengukir masa lalu. Adica? Mustahil, dia terkurung di kotak siaran. Syifa? Bisa-bisa dia dicopot dari jabatan putri kampus bila mangkir dari tugas. Dokter? Bukan juga. Dokter pribadi Abi Assegaf tak pandai memilih rute. Selalu saja ia terhadang macet dimana-mana.

Bukan, sama sekali bukan mereka. Arlita, Adica, Syifa, dan dokter kalah cepat dari Calvin. Ya, pemuda tampan orientalis itu mengendarai SUV putih secepat-cepatnya ke rumah mewah pinggir pantai. Begitu selesai melepaskan diri dari keluhan Papanya, Calvin tiba lebih cepat.

Kecemasan mengacak-acak hati Calvin begitu melihat apa yang terjadi. Ia bersihkan sisa darah di hidung dan sudut bibir Abi Assegaf. Ia ganti pakaiannya yang ternoda darah. Calvin merawat Abi Assegaf dengan telaten.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun