Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Langit Seputih Mutiara, Elegi Cinta Abi Assegaf

23 November 2018   06:00 Diperbarui: 23 November 2018   06:08 770
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Benarkah Allah membiarkannya sendirian? Ternyata tidak. Enam pelayan di lantai bawah sontak terperangah ketika menatapi CCTV yang terpasang di ruang tamu. Mereka berlari ke lantai atas. Teriakan panik memenuhi balkon. Salah seorang dari mereka berinisiatif mengambil telepon genggam. Menelepon Adica, nomornya tidak aktif. Syifa sama saja. Pilihan terakhir jatuh pada Arlita.

"Assalamualaikum, Nyonya. Nyonya masih di butik? Tuan Zaki..."

"Tuan Assegaf! Hanya aku yang berhak memanggil nama depannya!" bentak Arlita di seberang sana.

"Ada apa dengan suamiku?"

Pelayan itu hetic juga gegara gertakan Nyonya besarnya. Tergeragap ia menjelaskan.

"Tuan Zaki...oh, maksud saya Tuan Assegaf muntah darah, Nyonya."

"Apa? Bagaimana bisa?" jerit Arlita histeris.

Si pelayan mengangkat bahu. Lupa kalau Arlita tak bisa melihatnya.

"Baiklah, saya pulang sekarang juga. Tolong panggil dokter. Cepat!"

Pulang sekarang juga, benarkah akan dilakukannya? Ataukah hanya sekedar ucapan? Setelah menutup pembicaraan, Arlita malah kedatangan mantan kekasihnya. Pria perlente berjas rapi itu datang ke butik membawakan sebuket bunga krisan.

Arlita tak punya sisa nafas untuk merespon pengusaha mebel itu. Kondisi Abi Assegaf jauh lebih penting. Tanpa kata, dilewatinya si mantan kekasih seolah sosoknya hanya guci selamat datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun