Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

"Langit Seputih Mutiara", Jangan Ucapkan Kata Pisah

15 November 2018   06:00 Diperbarui: 15 November 2018   06:08 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gelas kristal tak bersalah. Cappucino hangat dengan aromanya yang menggoda juga tak sepantasnya disalahkan. Namun, dua benda padat dan cair itu jadi sasaran kemarahan.

"Effendi, apa yang kaulakukan?" jerit Nyonya Rose melihat gelas koleksinya pecah.

"Belum puaskah Assegaf mengambil Adica? Lalu, kini dia merebut anak pertamaku!"

Nyonya Rose mendesah. Memprotes hati, memprotes kedekatan dan kasih sayang. Dibandingkan sang suami, toleransinya jauh lebih besar. Ia tak keberatan Calvin dan Adica dekat dengan Abi Assegaf.

"Effendi, Assegaf sedang sakit. Anak-anak kita itu baik hatinya. Wajar kalau mereka perhatian..."

"Oh, jadi karena sakit ya! Bagaimana kalau aku yang sakit? Apakah mereka akan seperhatian itu?"

Kata-kata adalah doa. Doa yang mengancam bila mengharap sakit. Adica dan Calvin sendiri bukannya sudah bebas dari penyakit. Hanya saja, kondisi mereka jauh lebih baik. Praktis mereka lebih mampu meluangkan waktu untuk Abi Assegaf.

"Tidak ada orang yang mau sakit. Sakit ada untuk menghargai nikmat sehat."

"Tapi, jika sakit bisa mendekatkanku lagi dengan anak-anak, aku mau saja mengalaminya."

Rupanya hati Tuan Effendi tertutup noda hitam. Noda hitam berbentuk iri. Iri pada Abi Assegaf yang dekat dengan kedua putranya. Begitu besar pengaruh Abi Assegaf sampai-sampai si putra bungsu menolak tinggal bersamanya.

Lupakah Tuan Effendi bila setiap orang sudah punya jalan hidupnya masing-masing? Abi Assegaf sakit kanker, itu pun sudah jadi bagian dari jalan hidupnya. Kita bisa memiliki hati, cinta, dan raga seseorang. Namun kita tak pernah bisa memiliki jalan hidupnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun