Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

"Langit Seputih Mutiara", Jangan Ucapkan Kata Pisah

15 November 2018   06:00 Diperbarui: 15 November 2018   06:08 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Assegaf, jangan pernah ucapkan kata pisah. Aku tak mau mendengarnya lagi darimu." Arlita memohon.

Satu anggukan dan kerlingan mata sudah cukup. Beban berat di hati Arlita sedikit terangkat. Perpisahan, mimpi terburuk pasangan yang telah menikah. Jangan sampai ada perpisahan lagi untuk kali kedua.

**     

Bila Arlita mengusap air mata kesedihan, Tuan Effendi mengusap air mata kemarahan. Ayah dua anak itu marah pada keadaan. Hati dan jiwanya tak terima bila sang anak pertama terlalu dekat dengan ayah lain.

Sebulir air mata kemarahan membasahi dokumen-dokumen yang belum ditandatanganinya. Tak berkonsentrasi bekerja di kantor, Tuan Effendi membawa semua pekerjaannya ke rumah. Hati komisaris utama itu berantakan gegara pimpinan Assegaf Group yang terlalu dekat dengan putranya.

Nyonya Rose bukannya tutup mata. Dia sangat memahami perasaan suaminya. Namun, apa yang bisa dilakukan?

Satu-satunya yang bisa dilakukan sang nyonya sosialita hanyalah membuatkan cappucino. Mengantarkannya ke ruang kerja Tuan Effendi. Celakanya, saat itu Nyonya Rose lupa mematikan streaming Refrain Radio dari iPhone. Suara radio terdengar jelas.

"Ini untukmu, Sayang." kata Nyonya Rose seraya meletakkan segelas cappucino di atas meja.

"Kau mendengarkan Refrain?" sergah Tuan Effendi.

"Iya. Memangnya tidak boleh mendengarkan siaran anak sendiri?"

Prang!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun