Maaf ya, jika judulnya menyinggung beberapa pihak. Kan dari awal Young Lady cantik sudah minta maaf. So, jangan baper dulu. Sorry juga, pagi-pagi udah bikin baper.
To be honest, Young Lady kecewa, kecewa, kecewaaaaa banget sama sistem pemilihan nominasi Kompasiana Award tahun ini. Iya dong, kecewa...kayak lagunya Bunga Citra Lestari.
Young Lady kecewa karena penilaiannya kurang fair. Bayangkan, masa muka-muka baru sudah bisa melenggang cantik di red carpet nominasi? Yang kurang aktif, lalu tanpa diundang masuk begitu saja dengan enaknya di panggung nominasi. Mereka datang tanpa diundang.
Well, tak usahlah ya, Young Lady sebut nama-nama yang mengganggu, kurang pantas, dan tidak semestinya jadi nominasi. Biar kalian tahu sendiri saja. Nanti mereka bisa ngamuk sama Young Lady cantik. Nggak mau dong, muka cantik Young Lady rusak gegara amukan anarkis mereka?
Mengherankan sekali ketika muka-muka baru dan muka-muka kurang aktif tetiba terpilih sebagai nominasi.Â
Bukan, sama sekali bukan iri. Sebab Young Lady tak pernah berharap sedikit pun masuk nominasi. Tahu dirilah Young Lady. Young Lady tak cukup pantas untuk terpilih.
Lalu, ada dua nominator newbie yang semestinya belum memenuhi syarat untuk terpilih. Sebab keanggotaan mereka masih baru sekali. Ibaratnya, kalau di sekolah, mereka masih kelas satu. Masih juniorlah. Sementara mereka punya kakak-kakak kelas yang lebih senior.
So, mengapa Kompasiana tidak memilih yang senior dulu baru yang junior? Seharusnya, dua nominator yang masih newbie ini gugur karena masa bergabung mereka di bawah setahun. Aneh sekali sistem penilaian nominasi Kompasiana Award tahun ini.
Keganjilan berikutnya: mereka yang kurang aktif dan kurang konsisten mendadak duduk syantik di jajaran nominator. Tidak adil menurut Young Lady. Mereka yang lebih rajin malah tersingkir.
Di sini Young Lady to the point aja ya. Mengapa Kompasiana memilih yang belum pantas jadi nominasi? Ok fine, banyak tulisan mereka bagus-bagus. Tapi soal keanggotaan, interaksi, keterlibatan event online dan offline...hmmmm, kalau aku sih, no.
Dari pada memilih gelandangan virtual newbie, mengapa tidak memilih putri sejati? Dari pada memilih si penganut urakan yang tidak rupawan, mengapa tak memilih yang rupawan dan konsisten?