Young Lady cantik kecewa. Kecewaaaa banget sama Kompasiana. Kekecewaan berat itulah yang membuat Young Lady putuskan untuk berhenti menayangkan serial Selingkuh Hati Malaikat Tampan. Cerita yang terinspirasi dari lagu-lagu Afgan. Dari pada ditayangkan di Kompasiana yang ujung-ujungnya tak berkembang, lempar saja versi lengkapnya ke tangan orang-orang teruji dan terpercaya.
Anyway, Young Lady punya alasan untuk berhenti menayangkannya: kecewa dengan reaksi, ketidakmengertian para Kompasianer, dan jarangnya duduk di kolom NT. Sadis sekali ternyata di sini ya, sadis seperti lagunya Afgan.
Sebagai miss perfectionist, Young Lady cantik paling nggak suka kalo ada sedikit saja bagian dari rencana yang gagal or berantakan. Nggak banget. So, begitu ada yang berantakan, langsung Young Lady tarik.
Termasuk soal fiksi. Young Lady mau jujur-jujuran aja sih. Kanal fiksiana di Kompasiana tidak ada kemajuan. Kalaupun ada karya fiksi yang dilabel headline, itu pun hanya satu-dua. Yang terpopuler dan NT jarang sekali.
Ok fine, di sini memang ada komunitas macam Fiksiana or Rumpies The Club. Tapi, menurut Young Lady, begitu-begitu saja. Tidak ada gebrakan/inovasi yang "wow" buat Fiksianers. Jadi, buat apa terus menulis fiksi di Kompasiana kalau tak ada perkembangan?
Honestly, Young Lady sedang muak dengan Kompasiana. Muak dengan artikel-artikel politiknya yang merajai. Boleh nggak, Young Lady muntah dengan cantik ke muka para Kompasianers prajurit politik? Lumayan, buat pelampiasan rasa muak.
Sekarang ini, Kompasiana sudah seperti web kacau yang tidak jelas arahnya mau dibawa kemana...ceilah, kayak lirik lagu. Roh Kompasiana seakan hilang. Jati dirinya sebagai media warga lenyap. Kini, Kompasiana lebih layak disebut media kampanye politik, bukan lagi media warga.
Gegara dominasi artikel politik, Young Lady cantik jadi makin benci politik. Apa gunanya politik terus diperangi? Toh Pilpres masih cukup lama. Dari pada menulis artikel politik konyol, menjijikkan, binti wasting time, mendingan penuhi kanal fiksi dan humaniora dengan tulisan-tulisan cantik, bernas, dan berkualitas. Enough about politics.
Perang politik di Kompasiana seolah tak ada habis-habisnya. Sempurna menggeser kanal-kanal lainnya. Lebih mengecewakan, kanal fiksianalah yang paling miris nasibnya. Fiksiana seperti dianaktirikan oleh Kompasiana.
Para Fiksianernya seperti tergantung-gantung tak jelas di depan pintu rumah besar Kompasiana, tak diizinkan masuk. Sedangkan para penulis politik, yang ingin Young Lady muntahi wajahnya, berpesta di dalam rumah besar. Menikmati segarnya minuman NT, makanan terpopuler, hangatnya pilihan, dan sejuknya HL. Nikmat sekali ya. Berat sebelah, guys.
Satu-satunya alasan Young Lady tetap survive di Kompasiana adalah kekeluargaan dan cinta. Di Kompasiana, Young Lady sayang Ka Syifa Ann, Kak Adica Wirawan, Pak Tian, Opa Effendi, Oma Rose, Pak Hensa, Pak Katedra, Bunda Dinda, Pak Edy Supriatna Sjafei, Pak Bamset, Bu Muthi, teman-teman di grup Ngawur walau tidak semuanya, dan Young Lady cinta malaikat tampan bermata sipit "Calvin Wan". Hanya mereka yang buat Young Lady betah di sini.