Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Malaikat di Unit Hemodialisa

7 September 2018   06:00 Diperbarui: 7 September 2018   06:39 737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Blogger dan pewaris perusahaan retail setampan Calvin Wan pun bisa hopeless juga. Tak henti diedarkannya pandang ke sekeliling unit hemodialisa. Sebuah ruangan luas penuh dengan bed-bed yang dilengkapi hemodialisis. Ruangan itu sangat dingin, AC di-set dengan suhu cukup rendah. Aroma darah tercium tajam.

Sebagian tempat tidur terisi. Terlihat Dokter Tian, ayah angkat Albert itu, tengah melakukan bed-side examination ke tempat tidur paling ujung. Tempat tidur dekat pintu tersebut ditempati seorang anak lelaki berkulit hitam. Satu tangannya memegang buku pelajaran.

"Selamat ulang tahun, Adik Kecil..." Dokter Tian melempar ucapan, merangkul dan mencium pipi pasien kecilnya.

Seraut wajah legam itu mengguratkan senyum. Senyuman sangat tipis. Menyenangkan rasanya melihat anak kecil tersenyum. Calvin tahu, jarang sekali senyuman terpeta di wajah si pasien kecil.

"Wow, Papamu masih penyayang anak-anak juga ya. Padahal anaknya udah besar, tengilnya setengah mati." komentar Anton, melirik Albert.

"Iya dong, Papa Tian!" kata Albert bangga, sengaja mengeraskan volume suaranya saat memuji. Sukses mengundang tatapan-tatapan pasien hemodialisa lainnya.

Dokter Tian tersenyum sekilas pada Albert, Calvin, dan teman-temannya. Lalu bergerak ke tempat tidur berikutnya.

Lagi-lagi, Calvin mengawasi dari manik mata. Lekat ia perhatikan ketika Dokter Tian menghadapi pasien berumur 35 tahun dengan kaki bengkak. Pasien itu sangat mengesalkan. Ia bertanya-tanya kapan ia akan sembuh. Mengapa ia harus cuci darah terus.

"Maaf Pak, saya jelaskan lagi ya. Hemodialisa itu tidak untuk menyembuhkan, tapi untuk mempertahankan hidup. Hemodialisa adalah satu di antara tiga pilihan: CAPD, transplantasi, dan hemodialisa..."

Tak cukup sampai di situ. Dokter yang telah mengadopsi dan merawat Albert sejak lahir itu mengambil selembar kertas HVS. Menggambar organ ginjal, menjelaskan semuanya dengan bantuan gambar. Edukasi panjang untuk pasien. Kesabaran teruji.

"Ayahmu luar biasa..." Calvin memuji dengan tulus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun