Jangan tergantung penulis lain dalam membuat style. Mulai sekarang, jadilah diri sendiri dan milikilah style. Buat style dan ciri khas yang kuat agar karya kita benar-benar diingat karena kekhasannya. Lihat saja para penulis terkenal. J. K. Rowling terkenal dengan Harry Potternya. Hilman Hariwijaya terkenal dengan Lupusnya yang sangat khas. Pidi Baik dikenal karena Dylan yang sangat khas dan berkarakter kuat. Masashi Kishimoto terkenal karena Naruto yang punya ciri khas itu.
Nah kan, mereka terkenal karena punya style. Mereka terkenal karena punya sesuatu yang beda dari yang lain. Menjadi beda tak selamanya buruk. Justru membuat sesuatu yang berbeda bisa menghindarkan diri dari kesamaan dengan orang lain.
Memangnya, apa enaknya sama dengan orang lain? Enakan juga jadi beda. Diri kita lebih dikenali. Lebih mudah diingat karena ciri khas yang berbeda. Tak terkecuali dalam tulisan. Karya-karya lain yang berbeda akan mudah diingat orang lain. Terinspirasi karya orang lain boleh saja. Tapi, jangan sampai terinspirasi menjadi alasan untuk melakukan plagiarisme.
Eits, jangan kira Young Lady hanya asal bicara. Young Lady juga membuat style sendiri dalam tulisan-tulisan cantik, termasuk dalam fiksi cantik. Hanya saja, Young Lady menekankan pada konsistensi tema dan tokoh yang sama. Kompasianers, kalian pikir Young Lady menulis cantik tentang "Calvin Wan" dan infertilitas karena tidak kreatif? Totally wrong. Itu bukan karena Young Lady kurang kreatif. Tapi, karena Young Lady mencoba membangun style sendiri. Style yang tak mudah dijiplak orang lain.
Infertilitas adalah sesuatu yang tabu. Kalau kata Kompasianer dari Ketingan yang suka membahas realita dari pinggiran, Young Lady ini menggugat moralisme umum yang berlaku. Salah satu hal tabu yang sering digugat Young Lady adalah infertilitas. Hello, itu kan sensitif banget. Momok menakutkan bagi semua pasangan yang menikah.Â
Tapi, Young Lady berani bahas kok. Berani cerita juga. Karena apa? Karena style, menggugat moralisme umum, mendobrak kemunafikan bahwa infertilitas hanya kesalahan wanita saja, dan mematahkan anggapan bahwa pria tidak salah. No no  no, Young Lady akan tetap di sini, membahasnya walaupun tabu dan sensitif.
Lalu, soal konsistensi. Survive dengan satu lakon saja. Sudah setahun lewat Young Lady hanya menggunakan satu tokoh utama: malaikat tampan bermata sipit "Calvin Wan". Itu juga salah satu cara Young Lady dalam membuat style sendiri. Young Lady cinta karya-karya Young Lady, tapi cinta Young Lady pada "Calvin Wan" jauh lebih besar.
"Calvin Wan" dihadirkan Young Lady di panggung Kompasiana sejak bulan Juli 2017. Ia diceritakan sebagai sosok blogger dan pengusaha tampan yang piawai bernyanyi dan bermain piano. "Calvin Wan" mantan model yang kini lebih aktif sebagai pengusaha dan blogger. "Calvin Wan" story teller yang baik, ia digambarkan memiliki suara bass bertimbre berat yang empuk. Kehidupan "Calvin Wan" tak jauh dari dunia modeling, musik, literasi, dan bisnis.Â
Parfum favoritnya, tanggal lahirnya, jas yang menjadi pakaian favoritnya, jam tangannya, film kesukaannya, etnisnya, agamanya, tingkat kereligiusannya, bunga-bunga yang ditanamnya, pokoknya segala ciri khas "Calvin Wan", Young Lady coba lukiskan dengan rapi dalam fiksi-fiksi cantik selama setahun ke belakang. Kebaikan dan kelembutan "Calvin Wan" bisa membuat hati siapa pun meleleh. Walaupun terkesan sempurna, sebenarnya "Calvin Wan" memiliki kekurangan, yaitu infertil.Â
Tak bisa memiliki keturunan, "Calvin Wan" mengadopsi seorang anak. Biasanya, anak-anak perempuanlah yang dia adopsi. Tokoh "Calvin Wan" terinspirasi dari sosok nyata di kehidupan Young Lady cantik. Kini, satu-dua kisah "Calvin" telah dihapus dari Kompasiana untuk kepentingan publikasi yang lebih besar. Tapi, sebagian besar kisahnya masih ada dan akan terus ada di Kompasiana.
Special buat penulis fiksi, personal branding ampuh dalam membuat style dan ciri khas. Cobalah kalian konsentrasi dengan satu tokoh utama saja. Kuatkan karakternya, orbitkan dia, lalu buatlah plot yang menarik tentangnya. Ya, satu. Hanya satu tokoh utama saja. Asalkan tokoh utama itu berkarakter kuat dan punya ciri khas. Hindarkan diri dari plagiarisme dengan personal branding.