Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ketika Kapel dan Tasbih Bicara

21 Agustus 2018   05:57 Diperbarui: 21 Agustus 2018   06:02 784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Thanks Calvin," desis Rossie, tersadar kini tubuhnya kedinginan. Pelan menyesap hot chocolatenya.

Angel lirih menggumamkan terima kasih. Tangan kanan Calvin mengusap lembut sisa susu di sudut bibir si gadis kecil.

"Ayo kita ke kapel. Sini, biar aku gendong Angel."

Calvin meraih tubuh mungil itu. Lembut menggendongnya. Tak peduli pada rasa sakit di limpanya yang mulai membengkak. Menggendong anak termasuk list kegiatan yang dilarang dokter.

Sesaat pria tampan kelahiran 9 Desember itu memandangi sosok yang digendongnya. Anak cantik, pikir Calvin. Angel gadis kecil keturunan Tionghoa yang jelita. Kulit putihnya, wajah bersihnya, pipi chubbynya, mata sipitnya, rambut indahnya. Beruntungnya orang tua yang memiliki anak secantik ini.

Angel melayangkan tatapan ke arah Calvin. Terasa nyaman sekali di dekat pria baik hati ini. Walaupun belum mengenalnya, Angel sudah merasa nyaman. Lengan yang melingkari tubuhnya, wangi Blue Seduction Antonio Banderas itu, wajah tampan itu, tatapan teduh itu, menghangatkan hati Angel.

Calvin Wan datang seperti malaikat. Ia menolong gadis kecil tak berdaya untuk beribadah. Ia antarkan gadis kecil itu ke tempat ibadahnya, meski berbeda keyakinan. Kasih, hanya karena itu yang ditebarkan Calvin untuk semua orang.

**     

Hati Calvin bergetar. Ia lihat dengan jelas. Angel berlutut di depan patung Bunda Maria. Anak cantik itu terisak-isak selama berdoa.

"Aku bisa merasakan kesedihannya. Rossie, ceritakan padaku tentang Angel." pinta Calvin.

Rossie menarik lembut tangan Calvin. Mengajaknya mundur ke belakang. Mereka berdua duduk di lantai kapel, dekat pintu. Perlahan ibu guru cantik itu mulai bercerita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun