Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ketika Kapel dan Tasbih Bicara

21 Agustus 2018   05:57 Diperbarui: 21 Agustus 2018   06:02 784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kamu kenapa belum pulang, Sayang?"

Bukannya menjawab, tangis Angel bertambah keras. Ia mendekap Rossie erat. Ekspresi ketakutan dan kesedihan mendominasi wajahnya. Rossie membalas pelukan Angel, lembut membelai rambutnya.

"Kenapa Angel belum pulang?" ulang Rossie halus.

"Nggak ada yang jemput Angel. Mama sibuk, Bibi lagi cuti. Angel nggak bisa pulang sendiri...Angel sedih."

Bola mata gadis kecil nan cantik itu berawan. Awan-awan itu memecah menjadi hujan. Kristal bening berhamburan dari pelupuk matanya.

Rossie tak tahan melihat anak kecil menangis. Ingin rasanya ikut menangis, namun wanita jelita keturunan Sunda-Jerman itu masih menjaga wibawanya sebagai guru. Lembut ia berkata,

"Jangan sedih lagi ya. Sekarang Ibu antar kamu pulang."

"Angel nggak mau pulang. Angel mau ke kapel dulu." sela anak itu cepat.

Mendengar itu, Rossie terenyak. Antara terkejut dan tersentuh. Anak sekecil Angel sudah punya semangat beribadah dan berdoa. Harus ada dukungan dari orang dewasa. Rossie berjanji akan mendukungnya, meski berbeda keyakinan.

"Iya, Sayang. Kita ke kapel dulu ya, sebelum pulang."

Detik itulah Rossie teringat jika ia tak membawa mobil. Tadi pagi ia berangkat ke sekolah naik taksi. Mobilnya dipinjam Bunda. Sementara jarak kapel cukup jauh dari sini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun