Kompasianers, come here. Ayo mendekat ke Young Lady. Duduklah di kanan-kiri Young Lady. Rileks, rileks, rileks...kita bikin suasana nyaman yuk. Nah, sudah nyaman kan? Ayo kita mulai dialog imajiner dengan tokoh fiksi yang tidak benar-benar fiktif. Karena tokoh-tokoh ini terinspirasi dari sosok-sosok nyata.
Hmmm nampaknya potongan adegan seperti ini sering Young Lady tulis dengan cantik ya.
Calvin menangis. Hidungnya berdarah.
"Calvin, what's the matter with you?" Young Lady bertanya dengan perasaan khawatir.
Sebagai jawaban, Calvin Wan merangkul pinggang Young Lady ke depan sebuah grand piano. Jari-jarinya menari lincah di atas tuts hitam-putih itu. Suara bass Calvin yang empuk menyanyikan sebuah lagu.
"Bagaimana harus kulupakan semua...saat hati memanggil namamu. Atau harus kurelakan kenyataan, kita memang tak sejalan..namun kau adalah pemilik hatiku."
Young Lady terperangah mendengar lagu itu.
"Calvin Wan, itu kan lirik lagunya Calvin Jeremy?"
"Yups. Representatif dengan kondisiku sekarang."
"Ada apa memangnya?"
Calvin menghela nafas berat. Sesaat memegang iPhonenya. Melepas dua kancing jasnya.