Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Mahalnya Mengorbitkan Fiksi di Negeri Ini

31 Mei 2018   16:34 Diperbarui: 31 Mei 2018   16:48 646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Patch.com

Awalnya tadi pagi. Berangkat dari ketertarikan Young Lady pada tawaran seorang editor fiksi yang sudah punya nama di blog pribadinya. Si editor membuka jasa reviewing, editing, dan mentoring naskah fiksi. Ceritanya, Young Lady cantik tertarik pada pandangan pertama, seperti lirik lagunya Ran.

Young Lady kan masih ingin memperjuangkan Melodi Silvi. Tergerak menanyakan lebih lanjut, Young Lady kirimkan e-mail. Young Lady tanyakan estimasi harga dari jasa yang ditawarkannya.

Di luar dugaan, fast respon juga. Sang editor fiksi mengirimi Young Lady lampiran berisi rincian harga dari tiap layanan yang ditawarkannya. Setelah dibaca lagi, entah ini cukup mahal atau tidak. Untuk jasa mentoring saja, proses bimbingan mengerjakan sebuah karya fiksi mulai dari mengembangkan sinopsis menjadi karya yang bagus, estimasinya mencapai 2.5000/00. 

Sedangkan jasa editing naskah dikenakan Rp35 per kata. Jumlah kata minimal yang disyaratkan 35,000 kata. Ada pula aturan pembayaran uang muka saat konsultasi pertama. Jumlah besaran uang muka yang harus dibayarkan sudah ditentukan.

Meski sekilas kelihatannya mahal, layanan si editor fiksi kenamaan ada keunggulannyaa. Di samping memoles dan membuat naskah menjadi bagus dan layak terbit, ada rekomendasi untuk menerbitkan di publisher mana. Young Lady anggap ini sebagai keunggulan.

Hmmm dilematis juga ya. Pertanyaannya adalah, apakah tidak sayang menghamburkan uang sebegitu banyak hanya untuk editing dan reviewing sebuah karya? Belum tentu juga setelah karya itu dipoles, akan pasti langsung diorbitkan menjadi sebuah karya fiksi fenomenal. Penulis senior saja belum tentu langsung diterima. Sistem di major publishers terlalu kaku dan misterius untuk ditembus siapa saja.

Menyerahkan naskah ke editor bertangan dingin belum menjamin kepastian karya kita akan diorbitkan. Tidakkah akan berisiko dan uang yang dikeluarkan tersia-sia bila terlalu percaya pada editor? 

Sayangnya, tanpa sentuhan editor yang telah expert di bidangnya, peluang mengorbitkan karya di negeri kita sangat kecil. Sangat sedikit yang pada akhirnya benar-benar bisa mengorbitkan karyanya di negeri kita tanpa bantuan orang-orang di belakang layar.

Benarkah bahwa untuk mencapai target, harus mau mengambil risiko? Apakah mengambil risiko sama artinya dengan berkorban? Apakah uang yang hilang begitu saja akan langsung terlunasi dengan sebuah karya yang diorbitkan? Satu lagi: benarkah manisnya mengorbitkan karya fiksi hingga menduduki tempat yang pantas di negeri ini hanya bisa dirasakan segelintir orang?

Mahal sekali mengorbitkan karya di negeri ini. Bagi orang-orang yang menempuh perjuangan literasi di jalan sunyi, bagi orang-orang yang memperjuangkan karyanya di jalan sunyi, serasa mustahil mencicipi manisnya karya yang fenomnal di industri perbukuan negeri kita.

Maaf ya, bila Young Lady banyak curhat di tulisan cantik ini. Honestly, Young Lady merasa tak tahu harus bagaimana lagi. Jalan yang ditempuh untuk mewujudkannya sungguh-sungguh sepi dan sunyi. Hanya di Kompasiana tempat pelarian diri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun