"Kenapa, Clara?"
"Nanti kamu datang ya, ke pernikahan Sarah."
Detak jantung Clara serasa memukul-mukul rusuknya. Ia berdebar, menanti jawaban pujaan hatinya. Waswas, berharap, takut. Sedetik kemudian, Calvin berkata dengan nada penuh kemenangan.
"Kamu sudah janjian dengan Silvi untuk mengundangku, kan?"
Reaksi di luar dugaan. Tak siap Clara menerimanya. Keningnya berkerut.
"Tidak kok." jawabnya.
"Oh ya? Soalnya Silvi sudah mengundangku duluan, Clara. Beberapa menit sebelum terjebak di lift."
Kepala Clara tertunduk. Alisnya bertaut. Cemburu? Mungkin saja. Seperti ada tangan-tangan tak kelihatan yang menguras kedalaman hatinya. Lalu mengaduk-aduk hatinya dengan kecemburuan.
** Â Â Â Â
Melahap makan siangnya sendirian seperti biasa, Clara tenggelam dalam pikirannya. Silvi sudah lebih dulu mengundang Calvin. Kelirukah perbuatannya? Sungguh ia tak tahu. Andai saja ia tahu, takkan ia lakukan hal itu. Sayangnya, Silvi sangat tertutup.
Selera makannya hilang begitu saja. Lezatnya bekal makan siang hari ini sama sekali tak menarik. Pikirannya dipenuhi sesal dan cemburu.