Jawaban Calvin terekam jelas di benaknya. Air mata Silvi jatuh. Ia tak mengerti, sungguh tak mengerti. Calvin pun tak paham dengan ini semua. Hatinya seperti tergerak untuk mencintai dan menyayangi Silvi, itu saja. No reason. Cinta yang tulus itu, justru tidak ada alasannya. Mencintai tanpa alasan, mencintai tanpa syarat. Sepertinya, begitulah cara Calvin mencintai Silvi.
** Â Â Â
Ada cinta yang sejati
Ada sayang yang abadi
Walau kau masih memikirkannya
Aku masih berharap kau milikku (Isyana Sarasvati-Masih Berharap).
** Â Â Â
Calvin bersandar ke kepala ranjangnya, bernafas berat. Sakit ini sungguh menyiksa. Begitu beratnya sampai-sampai ia terpaksa harus meninggalkan Silvi. Kenekatannya tadi pagi harus dibayar mahal.
"Laa illaha illa anta, subhanaka inni kuntu minnadzalimin." Calvin bergumam lirih. Sejak terkena kanker, dia lebih sering mengucap doa itu. Doa yang sangat direkomendasikan Rasulullah saat mengalami kesusahan.
Berbaring di ranjang, mengistirahatkan tubuhnya. Tak sedikit pun mengurangi sakitnya. Calvin kesakitan, teramat kesakitan.
"Maafkan aku, Silvi..." lirih Calvin.