"Nggak tuh. Aku bisa cari tunangan sekaligus kakak baru."
"Oh, gitu ya. Okey, carilah. Memangnya siapa yang mau sama kamu? Aku mau lihat. Apa dia lebih tampan dariku?"
"Banyaklah yang mau sama aku. Gimana kalo...Calvin Jeremy? Penyanyi terkenal, ganteng, nama dan lagu-lagunya bagus. Calvin yang asli lho ya, bukan kamu. Calvin Wan...Calvin KW, bukan asli."
Ternyata Calisa tak mau kalah. Ia sukses membuat Calvin gemas pula. Belum sempat Calvin membalas godaan Calisa, Tuan Halim mengingatkan mereka. Acara pertunangan akan segera dimulai. Calisa tersenyum puas. Senang karena Calvin gagal menggodanya lagi.
Dengan lembut, Calvin menuntun Calisa. Para tamu undangan telah datang. Terkesan melihat Calvin dan Calisa. Calvin yang tampan mengenakan tuxedo Dolce and Gabbana, Calisa yang cantik dengan gaun putihnya. Mereka berdua tampak sangat serasi. Kemistri yang tertangkap kuat.
Sebagian besar tamu undangan kagum, sebagian kecil ragu. Betulkah Calvin mencintai Calisa? Calvin yang tampan dan charming itu, rela memiliki pasangan yang tidak bisa melihat dengan jelas? Tidakkah Calvin memilih Calisa karena rasa kasihan atau ingin memanffaatkannya saja?
** Â Â Â Â
Cincin berlian itu tersemat di jari manis mereka. Sesaat tadi Calisa sedikit kesulitan saat memakaikan cincin di jari manis Calvin. Tapi ia bertekad melakukannya sendiri, tak ingin dibantu. Para tamu bertepuk tangan. Bisik-bisik terdengar di seluruh ruangan. Ada yang salut, ada pula yang iri.
Ini semua seperti fatamorgana. Benarkah ada kisah cinta semanis ini di dunia? Seorang pengusaha muda, rupawan, dan kaya-raya, melamar wanita yang tak sempurna? Meski tak bisa dikatakan tidak cantik? Wanita itu cantik, namun ada kekurangan yang terlihat jelas dalam dirinya.
Dari pintu masuk, terlihat seorang laki-laki muda berkemeja putih sederhana baru saja tiba. Ia berpakaian paling sederhana di antara tamu undangan lainnya. Celana, kemeja, dan sepatunya bukan dari brand ternama. Bahkan lelaki itu datang tanpa mobil. Walau sederhana, wajahnya sangat tampan. Perpaduan wajah Kaukasia yang putih menawan dan kesan "Njawani" yang masih membekas. Nyatanya, dia memang keturunan Jawa-Jerman-Skotlandia. Amat berbeda dengan Calvin yang memesona karena ketampanan ala orientalnya.
Si lelaki berkemeja putih sederhana datang terlambat. Tepat ketika prosesi pertunangan selesai. Namun pesta masih berlanjut. Ia berjalan pelan di antara kerumunan tamu, sesekali tersenyum dan mengucapkan permisi. Suara barithonnya terdengar lembut dan empuk. Sampai akhirnya ia tiba di depan Calvin dan Calisa.