"Calisa...miss you." ujar Anton tulus. Benar, sudah lama sekali mereka tak bertemu.
Tanpa ragu, kedua sepupu itu berjalan bergandengan tangan. Disambuti tatapan heran dari anggota keluarga dan para tamu. Anton dan Calisa menganggap wajar saling bergandengan tangan dan berpelukan. Toh mereka saudara, meski tidak terikat darah secara langsung. Hanya sepupu jauh. Sebagian kenangan masa kecil Calisa tak lepas dari sepupu jauhnya yang tampan ini. Sarah pun memiliki banyak kenangan manis dengan laki-laki setampan Anton Surya. Sebab dulunya mereka sering berkirim surat. Ya, Anton dan Sarah menjadi teman pena waktu mereka masih kecil. Bahkan mereka berdua masih menyimpan surat-surat kenangan itu. Calisa pernah membaca sebagian surat Anton dan Sarah.
Entah mengapa, jalinan komunikasi mereka terputus. Tetiba saja Anton yang semula dekat dengan Sarah, justru lebih dekat dengan Calisa. Anton yang tampan dan Calisa yang cantik, sering bermain dan berkumpul bersama. Membaca buku yang sama, menonton film yang sama, dan mendengarkan musik yang sama. Calisalah satu-satunya sepupu yang dibolehkan bermain di kamar Anton hingga kamar itu berantakan. Banyak kenangan indah yang mereka lewati bersama di masa kecil. Calisa takkan melupakannya.
"Calisa, itu siapa?" Anton mengalihkan tatapannya pada Yogi.
"Oh, itu..." Calisa terbata, bingung menjelaskan. Takut menyakiti perasaan sepupu sekaligus cinta pertamanya di masa kecil.
"Calon suaminya Sarah."
Apakah ini hanya ilusi saja? Atau benarkah ada kilat kekecewaan di mata Anton? Kecewakah Anton melihat kenyataan itu? Mata hati Calisa bisa merasakan kekecewaan.
"Sabar ya...suatu saat nanti, kamu akan mendapatkan yang terbaik." ucap Calisa menyabarkan.
"Seperti apa cinta yang terbaik itu?"
Saat mengatakannya, terlintas bayangan kekecewaan yang sama. Anton tak dapat mengingkari perasaannya lagi. Hanya Calisa yang memahami.
Sejurus kemudian Anton menatap Calisa. Tersenyum, lalu menepuk pundak wanita cantik itu.