Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Calvin, Calisa, dan Cinta Masa Kecil Mereka

27 Oktober 2017   06:13 Diperbarui: 27 Oktober 2017   08:28 1760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Calisa...miss you." ujar Anton tulus. Benar, sudah lama sekali mereka tak bertemu.

Tanpa ragu, kedua sepupu itu berjalan bergandengan tangan. Disambuti tatapan heran dari anggota keluarga dan para tamu. Anton dan Calisa menganggap wajar saling bergandengan tangan dan berpelukan. Toh mereka saudara, meski tidak terikat darah secara langsung. Hanya sepupu jauh. Sebagian kenangan masa kecil Calisa tak lepas dari sepupu jauhnya yang tampan ini. Sarah pun memiliki banyak kenangan manis dengan laki-laki setampan Anton Surya. Sebab dulunya mereka sering berkirim surat. Ya, Anton dan Sarah menjadi teman pena waktu mereka masih kecil. Bahkan mereka berdua masih menyimpan surat-surat kenangan itu. Calisa pernah membaca sebagian surat Anton dan Sarah.

Entah mengapa, jalinan komunikasi mereka terputus. Tetiba saja Anton yang semula dekat dengan Sarah, justru lebih dekat dengan Calisa. Anton yang tampan dan Calisa yang cantik, sering bermain dan berkumpul bersama. Membaca buku yang sama, menonton film yang sama, dan mendengarkan musik yang sama. Calisalah satu-satunya sepupu yang dibolehkan bermain di kamar Anton hingga kamar itu berantakan. Banyak kenangan indah yang mereka lewati bersama di masa kecil. Calisa takkan melupakannya.

"Calisa, itu siapa?" Anton mengalihkan tatapannya pada Yogi.

"Oh, itu..." Calisa terbata, bingung menjelaskan. Takut menyakiti perasaan sepupu sekaligus cinta pertamanya di masa kecil.

"Calon suaminya Sarah."

Apakah ini hanya ilusi saja? Atau benarkah ada kilat kekecewaan di mata Anton? Kecewakah Anton melihat kenyataan itu? Mata hati Calisa bisa merasakan kekecewaan.

"Sabar ya...suatu saat nanti, kamu akan mendapatkan yang terbaik." ucap Calisa menyabarkan.

"Seperti apa cinta yang terbaik itu?"

Saat mengatakannya, terlintas bayangan kekecewaan yang sama. Anton tak dapat mengingkari perasaannya lagi. Hanya Calisa yang memahami.

Sejurus kemudian Anton menatap Calisa. Tersenyum, lalu menepuk pundak wanita cantik itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun