"Kuterima Calvin atas nama cinta," Calisa menjawab, singkat dan diplomatis.
"So, aku permisi dulu. Calvin sudah menungguku."
Pria-pria sukses nan kaya itu dibuat terkesima dengan pembawaan Calisa. Sementara Calisa berjalan anggun melewati mereka. Dress putih yang ia kenakan menyempurnakan penampilannya sore ini.
Dengan anggun dan penuh percaya diri, ia menghampiri Calvin. Celakanya, saat itu Calvin menghadapi situasi yang sama dengan dirinya: dikelilingi wanita-wanita cantik yang pernah mencoba merebut hatinya.
"Syifa? Dinda...Fatima...Naftalia...Marla, Bianca...Ariyani?" desis Calisa, mata birunya melebar tak percaya. Ia hafal nama semua wanita itu.
Perlahan Calisa melangkah mundur. Memperhatikan Calvin dari jauh. Ia ingin tahu reaksi Calvin menghadapi wanita-wanita itu.
Calvin Wan yang tampan tetaplah sempurna dan memikat di mata banyak wanita. Blogger tampan yang populer karena konsistensinya one day one article, trader, sekaligus ayah angkat bagi puluhan anak penderita kanker. Sukses secara materi, nama tenar, wajah rupawan meski di pertengahan usia 44 menuju 45, penyabar, setia, konsisten, dan layak mendapat predikat hot daddy. Apa lagi yang kurang? Pantas saja wanita-wanita itu masih menaruh hati padanya meskipun Calvin telah rujuk dengan Calisa.
"Calvin, kenapa harus Calisa lagi?" tanya Fatima dengan suara altonya yang halus itu.
Pria lain mungkin takkan sesabar Calvin. Ia tetap tersenyum di tengah segala komplain dan rayuan.
"Karena aku hanya mencintai Calisa," ucap Calvin tenang.
Syifa tersenyum manis. Mengerling Calvin dengan sorot mata menggoda. Di antara sekumpulan wanita cantik dan berpendidikan itu, Syifalah yang paling suka tebar pesona.