Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyanyi Bersama di Paduan Suara, Tekan Ego dengan Kelembutan

18 Oktober 2017   04:27 Diperbarui: 18 Oktober 2017   04:30 3137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pintu ruang latihan terbuka. Saya melangkah masuk, rupanya belum ada orang. Anggota pertama yang datang adalah saya. Tak suka diam berlama-lama, saya duduk di depan piano dan mulai memainkan instrumen musik itu semampu saya. Sesekali bermain piano sambil bernyanyi. Pemilik Hatiku dan Nostalgia dari Calvin Jeremy coba saya bawakan.

Tengah asyik bermain piano, perhatian teralih oleh kedatangan teman-teman saya. Mereka menyapa, menanyakan kabar, mengobrol ringan, dan ikut menyanyi. Silvi datang paling belakang. Dia memeluk saya. Saya pun balas memeluk Silvi. Bukan Silvi namanya jika tidak banyak bicara dan bercanda. Ada saja pertanyaan yang dilontarkannya pada saya.

Tiba waktunya latihan. Kami berdiri membentuk formasi yang sempurna. Berdiri sesuai jenis suara. Sopran, alto, tenor, dan bass. Tiap jenis suara punya keunikannya masing-masing. Mulai dengan melatih pernafasan, humming, vocalising, lalu menyanyikan lagu Bintang Kejora sebagai permulaan. Nada lagu itu dinaikkan, dinaikkan, dan dinaikkan sampai mencapai oktaf tertinggi.

Selesai warming up, dimulailah latihan yang sesungguhnya. Lagu demi lagu dinyanyikan berulang kali. Disesuaikan dinamika dan interpretasinya. Selain teknik vokal, kami diajari untuk menginterpretasi lagu. Mengenali makna yang terkandung dalam lirik lagu yang kami nyanyikan. Tak sekadar menyanyi, tapi juga mengahayati. Bahkan di awal-awal, kami disuruh bernyanyi sambil memejamkan mata dan meresapi tiap kata yang kami nyanyikan.

Berjam-jam kami latihan. Menyelaraskan dinamika, itu yang paling sulit. Tak mudah menyanyi bersama di tengah empat jenis suara yang berbeda. Dengan harmoni nada yang berbeda pula. Sangat besar risiko untuk ikut terbawa nada lagu yang bukan dari jenis suara kita. Itu sebabnya diperlukan konsentrasi tinggi saat bernyanyi.

Apa kami lelah? Tentu saja, jangan ditanya lagi. Tapi, apa kami merasakannya? Tidak. Kami rileks dan happy-happy saja. Masih bisa bercanda dan tertawa di sela-sela latihan. Tetap berpikiran positif tentang kegiatan yang kami lakukan. Di saat kebanyakan mahasiswa lainnya sudah bisa menikmati waktu santai dengan teman atau kekasih mereka, kami masih latihan. Waktu yang harusnya bisa kami gunakan untuk bersantai atau mengerjakan tugas justru dipakai untuk berlatih. Apakah kami mengeluh? Apa kami keberatan dengan berkurangnya waktu? Tidak. Kami senang berada di sini. Bernyanyi bersama, berinteraksi dengan penuh kehangatan dan keakraban. Rasanya sudah seperti satu keluarga.

Rasa syukur mengalir di hati saya. Bisa diterima di paduan suara adalah kebanggaan tersendiri untuk saya. Tak terasa, sudah dua tahun saya bergabung di paduan suara mahasiswa. Senang? Sudah pasti. Saya bisa tetap konsisten di sini. Menyanyi bersama, membangun pertemanan dengan teman-teman seangkatan, senior, adik kelas, dan alumni. Saya senang bisa berada di tengah orang-orang hebat seperti mereka. Mengapa hebat? Yang jelas, mereka bukan orang yang malas. Rajin, konsisten, berprestasi, dan berbakat. Tidak semua mahasiswa dapat diterima sebagai anggota paduan suara. 

Serangkaian seleksi ketat dilakukan untuk memilih yang terbaik. Mulai dari audisi terbuka, wawancara, dan tes musikalitas. Mengecek apakah calon anggota buta nada atau tidak. Bukan hanya itu, CV para calon pun dilihat. Seberapa banyak prestasi, riwayat organisasi, dan pengalaman mereka di bidang musik. Mereka yang tidak lolos seleksi jelas kehilangan kesempatan untuk menjadi anggota choir. So, banyak anggapan kalau paduan suara itu UKM paling bergengsi sekaligus eksklusif di kampus. Anak paduan suara rata-rata populer. Dikenal banyak orang, mulai dari mahasiswa sampai pejabat universitas.

Syukurlah saya lolos. Saya beruntung diterima di antara mereka. Meski saya sendiri tak menyangka bisa diterima. Sempat ada seorang senior yang memberi tahu saya. Katanya, selain dilihat dari integritas, prestasi, pengalaman bermusik, serta kualitas vokal, sebenarnya ada kriteria lain agar seseorang bisa diterima di paduan suara: kemampuan menyelaraskan dinamika. Banyak orang bisa bernyanyi, banyak orang mempunyai suara bagus. Namun tak semua orang bisa menyelaraskan dinamika saat menyanyi bersama. Intinya, banyak orang pandai menyanyi tapi sedikit yang bisa dan mau menyanyi bersama.

Menyanyi bersama di paduan suara memberi banyak manfaat. Teknik pernapasan yang dilakukan selama bernyanyi dapat membuat sistem kerja paru-paru lebih baik, menambah volume oksigen, membantu proses penyembuhan penyakit paru-paru obstruktif kronis, dan mempercepat penyembuhan parkinson. Manfaat lainnya adalah mencegah alzheimer. Hormon oksitosin, hormon positif yang mengurangi stress, diproduksi lebih banyak saat menyanyi bersama. Sudah banyak penelitian yang membuktikan manfaat menyanyi bersama dalam paduan suara. Namun, bukan itu yang ingin saya bahas di sini.

Bukan hanya dari sisi medis. Menyanyi bersama di paduan suara membawa manfaat psikologis. Di antaranya mengurangi risiko depresi, menurunkan tingkat stress, sebagai mood buster, perantara keakraban, rasa saling memiliki, dan solidaritas. Menurut saya, masih ada manfaat yang tak kalah pentingnya: menekan ego dengan cara yang lembut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun