Meski demikian, bukan berarti hati yang lembut membuat kita tidak bisa bersikap tegas. Kelembutan hati bukan alasan bagi kita untuk berjiwa penakut. Sikap berani dan tegas tetap harus ditumbuhkan. Ada saatnya kita berani dan tegas, ada saatnya kita bersikap lembut.
So, bagaimana cara melembutkan hati kita?
1. Lebih banyak mengingat Tuhan. Padatnya rutinitas dan sibuknya memikirkan hal-hal duniawi sering membuat kita melupakan spiritualitas. Kebutuhan jasmani kita terpenuhi, tapi kebutuhan rohani luput dari perhatian. Sudah saatnya kita menyeimbangkan keduanya. Hal duniawi berada dalam genggaman tangan, Tuhan dan spiritualitas  selalu tertanam di hati. Perbanyaklah mengingat Tuhan. Puji dan muliakanlah Tuhan dengan setulus hati. Kunjungilah rumah ibadah, lalu beribadahlah dengan lebih khusyuk. Mengingat Tuhan mampu melembutkan hati, menenangkan pikiran, membersihkan jiwa, dan menghaluskan perasaan.
2. Membaca kitab suci. Setiap agama mempunyai kitab suci. Kitab suci adalah obat penyembuh luka batin yang mujarab, sarana pelembut hati yang baik, dan akses untuk memperdalam ilmu agama yang utama. Dalam kitab suci, kita menemukan makna hidup. Membaca kitab suci membuat kita menemukan kembali pegangan dan memperkaya rohani kita. Saat membaca kitab suci, pahami pula kandungannya. Setelah itu, barulah kita mengamalkan ajaran-ajaran kebaikan yang terkandung di dalamnya.
3. Mempelajari dan menikmati seni. Seperti dikatakan di awal, seni bisa melembutkan hati. Sewaktu pikiran kita kalut dan letih, berbagai emosi negatif dapat masuk dengan mudah. Rasa marah, frustasi, jengkel, kecewa, dan kesal yang berlebihan dapat mengeraskan hati kita. Agar menghindari dampak negatif itu, segera lembutkan hati kita dengan seni. Mendengarkan lagu, menonton film, menyaksikan pertunjukan teater, melukis, dan bermain musik layak kita coba. Seni mampu menghaluskan perasaan. Seni juga membuat hati kita lebih lembut. Selama ini kita terbiasa untuk berpikir, tapi dengan menikmati atau mempelajari seni membuat kita merasakan. Berpikir dilakukan dengan otak, sedangkan merasakan dilakukan dengan hati. Untuk bisa merasakan dengan baik, diperlukan hati yang lembut. Seni melatih kita untuk mempunyai hati yang lembut dan bisa merasakan sesuatu dengan baik.
4. Mengasihi anak-anak. Anak yang masih kecil memiliki hati yang polos, tulus, dan halus. Mengasihi dan menyayangi mereka membuat kita belajar arti ketulusan dan kelembutan. Ironisnya, banyak anak yang mengalami banyak penderitaan. Misalnya anak yatim-piatu, anak pengidap kanker, anak penderita HIV/AIDS, anak berkebutuhan khusus, anak yang dipekerjakan secara paksa, dan anak yang menjadi korban kekerasan. Tiap anak berhak mendapatkan perhatian dan kasih sayang. Tempatkan diri kita sebagai ayah dan  ibu  bagi anak-anak itu. Perlakukanlah mereka dengan sabar dan lembut.
5. Sering mengunjungi rumah sakit. Mungkin terkesan membuang-buang waktu dan tidak ada gunanya. Terlebih banyak yang menaruh stigma negatif  pada rumah sakit.  Cobalah lihat dari sudut pandang berbeda. Rumah sakit adalah tempat merawat orang-orang sakit. Entah pada akhirnya orang-orang sakit itu akan sembuh atau meninggal, rumah sakit tetaplah saksi bisu semua kebahagiaan dan derita. Tangis kesedihan dan senyum kebahagiaan mendominasi areal rumah sakit setiap harinya. Nah, di sinilah kita mampu melatih rasa simpati dan empati. Dengan melihat penderitaan orang lain, merasakan apa yang mereka rasakan, hati kita menjadi lembut. Sifat egois dan keras hati hilang perlahan-lahan. Tergantikan sifat lembut dan penuh perhatian. Selain itu, kita pun diingatkan untuk mensyukuri nikmat sehat pemberian Tuhan. Tidak semua orang mendapat nikmat sehat. Bukankah bersyukur mampu melembutkan hati?
6. Ziarah kubur. Coba tanyakan pada diri kita sendiri, berapa kali kita ziarah kubur dalam setahun? Seringkah? Atau bisa dihitung dengan jari? Selain rumah sakit, kebanyakan orang menghindari tempat yang satu ini. Siap atau tidak, kelak kita pun akan beristirahat di tempat itu. Berziarah ke makam membuat kita lebih banyak mengingat kematian. Membuat kita menyadari bahwa hidup di dunia hanya sementara. Ingatan tentang kematian dapat menjadikan hati kita lembut. Kita lebih bijak dan berhati-hati dalam tindakan. Memperbanyak perbuatan baik sebagai bekal menghadapi datangnya maut yang tidak pernah kita tahu pasti kapan datangnya. Selain itu, berziarah dapat mengabadikan cinta dan kenangan pada orang-orang yang telah lebih dulu meninggalkan kita. Kita dapat memberikan cinta dan perhatian kita pada mereka lewat doa, bunga yang kita letakkan di atas pusara, dan ziarah kita. Doa, bunga, cinta, dan ziarah secara tidak langsung melembutkan hati kita.
7. Banyak menolong dan mendengarkan masalah orang lain. Di zaman serba canggih seperti sekarang, orang semakin individualis. Enggan memedulikan orang lain, apa lagi memberikan bantuan. Mulai saat ini, cobalah peduli pada orang lain. Buka mata, hati, dan telinga kita. Sediakan tangan dan lengan kita untuk memeluk mereka yang sedang bersedih atau kesakitan. Beri mereka kesempatan untuk mencurahkan isi hati, kesedihan, luka, dan rasa sakit. Ringankanlah rasa sakit. Bantulah mereka semampu kita. Semua perbuatan itu mampu mengasah empati kita. Mampu melembutkan hati dan menghaluskan perasaan kita. Jangan ragu berasosiasi dengan masalah dan penderitaan orang lain, maka hati kita pun akan semakin lembut.
Sahabat-sahabat saya para Kompasianer, maukah memiliki hati yang lembut?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI