Menjalani kuliah tak sekadar untuk belajar dan berinteraksi dengan orang lain. Menurutku, waktu kuliah harus dimanfaatkan untuk mencetak kenangan semaksimal mungkin. Aku sendiri memiliki banyak pengalaman tak terlupakan di sela aktivitas kuliah. Mulai dari drama telat mengikuti ujian, kehujanan di jalan berujung bolos, hingga niat belajar kelompok menjadi hoax karena lebih asyik ngobrol sampai tengah malam.
Aku menempuh pendidikan tinggi di kampus muda mendunia, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Awal Maret ini menjadi waktu terindah bagi kampus kesayanganku. Tahun ini UMY merayakan Milad ke-40. Selamat berbahagia dan sukses selalu kampusku, tempatku bernaung dan berproses menuju dewasa.
Asyiknya Kuliah Malam
Beruntung fakultas Ekonomi dan Bisnis tempatku belajar memiliki jadwal kuliah malam, sebuah suasana yang tidak semua mahasiswa dapat merasakannya. Terhitung beberapa semester aku mendapatkan jadwal di malam hari, sekira pukul 18.30 hingga 20.30 WIB. Alasan kuliah malam menyenangkan versi aku yaitu menjadi lebih akrab dengan dosen dan teman kuliah. Asli, kuliah di waktu tersebut seringkali terasa lebih intim. Terkadang dosen membahas sesuatu yang menarik, penting dan sedang hangat diperbincangkan. Obrolan dengan teman pun selalu asyik, bahkan seringkali kami meneruskan obrolan di kelas menuju ke luar jam kuliah alias nongkrong sepulang kuliah malam. Tak lupa drama menertawakan teman yang ketiduran di kelas. Seru!
Menjadi Enumerator dalam Penelitian Dosen
Good experience yang satu ini asyik banget! Di tengah perjalanan menjadi mahasiswa, aku senang berpetualang. Ketika seornag dosen membuka reqruitment enumerator untuk sebuah project penelitian, aku segera mendaftarkan diri. Beruntung, namaku terpilih sebagai anggota tim enumerator. Job desk-nya lebih sering membuat hati senang daripada meneteskan air mata. Berkendara dengan sepeda motor (sendirian) ke sana kemari untuk mengumpulkan data hasil wawancara, aku bak mendapatkan pelangi setelah hujan. Ternyata begini rasanya berinteraksi langsung dengan tokoh, pelaku usaha, dan masyarakat umum. Banyak pengalaman berharga yang aku dapatkan. Bagaimana merasakan teamwork dengan teman baru dan dosen, bagaimana menjadi self problem solver di lapangan, dan bagaimana healing akibat "sulit dipercaya oleh orang lain". Namun ada bonus diterima menjadi volunteer enumerator di salah satu NGO (beberapa kali mendaftar tetapi belum lolos, setelah mencantumkan pengalaman enumerator penelitian dosen auto lolos). A little things calls happiness.
Kuliah Kerja Nyata (KKN)
- Kami berada di dusun yang minim akan akses air bersih. Berpetualang keliling kampung untuk mengambil air atau "numpang mandi" menjadi rutinitas penuh makna. Empati kami makin besar, rasa kekeluargaan pun terjaga erat. KKN memang benar menjadi salah satu cara menjalin ukhuwah Islamiyah.
- Pengalaman menjadi "guru" satu bulan. Di lokasi KKN, kami seringkali terlibat dalam aktivitas pendidikan. Bahkan aku dan beberapa teman rutin ikut mengajar anak usia dini. Sebuah pengalaman yang tak pernah terbayangkan karena sebelumnya aku terkesan "cuek" dengan anak-anak. Setelah beradaptasi menenangkan anak menangis, bernyanyi bersama anak, dan bersabar menghadapi keaktifan anak, aku tidak lagi canggung berhadapan dengan anak-anak. Bahagianya. Bahkan beberapa bulan kemudian, aku bergabung dengan komunitas yang berfokus pada pendidikan anak. KKN keren!
Menjadi Tuan Rumah untuk Mahasiswa Luar Kota
Menjadi minoritas di daerah sendiri. Kok bisa? Sebagian besar mahasiswa kampus muda mendunia justru berasal dari luar kota. Bila dihitung, akamsi di program studi-ku hanya sekira 20%. Hal ini menjadi anugerah tersendiri buatku. Aku seolah menjadi guide dan tuan rumah bagi mereka. Kegiatan antar-jemput ke stasiun atau bandara sering kulakukan. Bahkan beberapa kali (membantu) membantu menyelesaikan administrasi kampus mereka. Aku menikmatinya. Terakhir, aku sering mengajak teman-temanku meng-explore provinsi tercinta, Yogyakarta. Tujuannya beragam, membeli kebutuhan, piknik asyik, atau sekadar mengisi waktu luang. Aku jadi ingat saat salah seorang temanku mengajak untuk "muter ringroad" karena ia takjub dengan jalan cincin yang megah itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H