Sebuah text message datang dari adikku yang kecil, Siwi. Dia menyuruhku cepat pulang kala aku sedang berkegiatan di luar rumah. Namun dia tak memberikan alasan yang jelas. Aku pun malas menanggapi. Toh dia sering mengerjaiku dengan dalih "disuruh pulang" oleh Bapak. Padahal dia hanya iseng.
Beberapa jam kemudian, aku pulang. Siwi menyambutku dengan tangisan.
"Mbak kok suwe baline?! Kan wis tak kon bali kit mau!!!"
Dia ngambek. Ada apa gerangan? Aku membombardir pertanyaan kepadanya. Tapi dia enggan menanggapi. Aku semakin kesal. Hingga akhirnya dia bilang bahwa tak mengerjakan tugas School from Home (SFH)Â hari ini.
Hal itu adalah masalah besar baginya. Aku tahu bahwa adikku rajin menyelesaikan tugas. Bahkan di saat (kadang) teman-temannya tak mengerjakan. Pun tidak heran saat ia sering menjadi server yang membantu "finishing" tugas teman-temannya. Janggal, biasanya dia "takut" ketika tidak mampu menjawab soal harian SFH.
Bertanya lebih dalam, justru mendapat tangis yang parah. Dia ngedumel membuatku semakin bingung. Hingga adikku yang satunya merasa terganggu oleh kebisingan kami. Agak memaksa, aku kembali bertanya, kenapa?.
"Kuotaku habis. Aku ra iso ngerjakke tugas. Saiki waktune wis telat."
Alasan yang mencengangkan, tapi tak bisa dianggap sepele. Aku tertawa sekaligus miris mengetahui dia kehabisan paket data. Sementara waktu submit tugasnya sudah habis. (Memang) sering dia tethering dari gawaiku atau punya bapak meski sudah mendapatkan jatah belanja paket data.
"Boros banget Mbak nggo iki. Kanca-kancaku nganggo Tri. Bu guru juga. Lebih hemat. Sinyal e lancar. Pokok e sesuk tumbaske kartu Tri," adikku merengek.
Betul kata adikku, teman-teman sekolahnya merupakan pengguna provider Tri. Bapak dan ibu guru adikku juga memilih Tri sebagai sarana wajib dalam mengajar secara online. Selain itu, bapak dan ibu guru menjadi fast response menanggapi berbagai keluhan di grup chatting orang tua/wali murid.
Banyak juga temanku yang sudah menjadi pelanggan provider angka tiga tersebut. Aku segera mencari review jujurnya. Sebagian besar puas atas kemudahan layanan dan harga paketnya.
"Aman buat telepon jarak jauh dan waktu lama. Sinyalnya oke," kata salah satu temanku.
Aku pun mantap membelikan dek Siwi kartu perdana baru. Setelah registrasi kartu, aku menjelajah jenis paket data yang ditawarkan. Pilihannya beragam, mulai dari produk AlwaysOn (AON) hingga unlimited.
Produk AON adalah kuota data yang dapat digunakan pada semua jaringan Tri selama 24 jam dengan masa aktif sesuai kartu pelanggan. Sementara unlimited yaitu kuota data yang dapat digunakan untuk mengakses semua aplikasi antara jam 01.00 -- 17.00 (waktu lokal). Masa aktifnya 30 hari dengan batasan maksimal 1,5 GB per hari.
Ragam paket data Tri mudah didapatkan. Bisa lewat aplikasi bima+, USSD *123# dari nomor Tri, retailer, supermarket, minimarket dan e-commerce yang bekerjasama dengan Tri Indonesia. Pun beberapa m-banking dan dompet digital. Ini nih yang aku suka, cara order pulsa dan paket datanya terbilang praktis.
Soal harga? Cuss cek sendiri di website www.tri.co.id . Dek Siwi sendiri klaim bahwa harganya terjangkau oleh uang jajan pelajar.
Bersyukur Jaringan 3 Indonesia memudahkan segala kegiatan SFH adikku. Kemarin dia happy banget ikut kelas via aplikasi Zoom dan Google meet dengan lancar.
Kini raut wajahnya selalu ceria kala setor tugas harian. Tak kehabisan kuota data lantaran harga mahal lagi. Ketika akses belajar sudah memadai, semoga prestasinya semakin baik.
Ingin mengikuti kisah bahagia dek Siwi bersama kartu Tri, aku tergoda. Kini aku sah menjadi pelanggan Tri juga. I think layanannya memang menguntungkan.