Film ini banyak mendapatkan respon positif dari masyarakat; hal itu menjadi salah satu alasan diangkatnya film ini ke bioskop. Kami tidak memaksa penikmat film untuk menonton. Namun demikian, apabila masyarakat Indonesia mau sedikit saja berkorban untuk menonton film ini, kami menjanjikan sebuah sajian yang tidak akan kalian sesali. (Yusron Fuadi, dalam https://sv.ugm.ac.id/)
Ada yang sudah memanjakan mata dengan film Tengkorak? Beruntunglah kamu jika sudah menikmati sajian science-fiction garapan dosen dan mahasiswa Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada ini. Karya yang telah menjadi nominasi Best Film untuk kategori Science Fiction, Fantasy, dan Thriller dalam Festival Film Cinequest di Sanjose, California, Amerika Serikat ini berhasil tayang di layar lebar usai melalui perjalanan panjang.
Yusron Fuadi, sutradara sekaligus pemain dalam film ini mampu menyuguhkan cerita unik kolaborasi antara fiksi, humor, dan real life dengan latar budaya Yogyakarta. Dengan modal kesungguhan dan dana seadanya, film ini juga sukses dalam Festival Film Asia JAFF 2017.
Konflik mulai nampak ketika seorang profesor dari Perancis yang ikut meneliti tewas secara tiba-tiba. Mahasiswi magang peracik kopi kesukaan profesor Philip (Wolfram Stanek) membawa informasi penting seputar penemuan langka tersebut. Di tengah misteri bukit tengkorak, International Monetary Fund (IMF) menawarkan diri dalam melunasi hutang negara dengan syarat bukit ini harus dihancurkan demi meredam kehebohan.
Gadis magang kepercayaan profesor Philip di Balai Penelitian Bukit Tengkorak (BPBT), Ani (Eka Nusa Pertiwi) justru bertekad untuk mengungkap penemuan fosil tengkorak tersebut pada dunia. Problem multinasional yang dihadapi Ani tentu mengancam nyawanya. Ia hampir terbunuh di kamar kosnya sendiri. Beruntung Mas Yos (Yusron Fuadi) menyelamatkannya, kemudian membawa Ani ke markas pemantauan milik Letnan Jaka (Guh S Mana). Bersama Yos dan Letnan Jaka, secara perlahan Ani menemukan solusi. Namun pada akhirnya kegigihan mereka berujung pada duka yang mendalam.
Memacu diskusi positif dalam persahabatan
Bentuk fiksi ilmiah memaksa audience untuk berpikir dua kali dalam proses penyerapan alur cerita. Pun miniatur latar dengan design sedemikian rupa yang terkadang berada di garis fakta dan imaji. Efek visual 3D yang mantap dan menggugah rasa penasaran juga memperkaya kualitas film ini. Siapa sangka jika BPBT adalah hasil miniatur produksi mahasiswa UGM. Pun menara pengawas yang terlampau tinggi dalam film ternyata berada di tanah lapang. Kreativitas tanpa batas. Â Agar dapat memahami jalan cerita film yang rilis akhir tahun 2018 ini memerlukan berbagai sudut pandang. So, menikmati film ini bersama orang terdekat akan memacu diskusi yang renyah tentang makna dan alur cerita.
Disclaimer: tidak disarankan menonton film Tengkorak seorang diri karena menyebabkan gagal paham, sesak napas, dan patah hati berkelanjutan.