Sate merupakan bentuk olahan daging yang cukup digemari oleh masyarakat Indonesia. Sate juga mudah ditemui pada sembarang tempat, ada pedagang sate keliling yang biasanya adalah perempuan asal Madura.Â
Mereka menjajakan dagangannya dengan berjalan kaki menyunggi (membawa barang dengan kepala) nampan berisi sate, lontong, dan bumbu. Suara iklan sang penjual sate pun sangat khas di telinga, "Te sate... sate...". Restoran kelas atas khusus sate juga banyak beredar di sekitar kita.
Menurut KBBI, sate adalah makanan yang terbuat dari potongan daging kecil-kecil yang ditusuk sedemikian rupa dengan tusuk lidi atau bambu kemudian dipanggang menggunakan arang kayu. Ragam sate nusantara memiliki kekhasan masing-masing. Sate Madura dengan bumbu kecap, sate Padang dengan kuah kuning (kari), sate Ponorogo dengan irisan daging memanjang dan bumbu kacang, hingga sate Bali dengan daging cincang halus dicampur parutan kelapa yang dililit pada tusuk bambu pipih atau batang serai.
Seiring berkembangnya peradaban, Sate Ratu Yogyakarta memamerkan inovasi baru berupa sate tanpa tusuk, namanya lilit basah. Menu yang diadaptasi dari sate lilit khas Bali ini berbentuk persegi panjang. Bahan dasarnya adalah daging ayam yang sudah dihaluskan kemudian direndam bumbu spesial selama 3 jam.Â
Jika bumbu sudah meresap sempurna, adonan dikukus hingga menguarkan aroma yang sedap. Untuk menambah cita rasa uniknya, lilit basah dihidangkan bersama irisan mentimun dan taburan bawang goreng. Nampak sedikit kuah berbumbu di sekeliling potongan balok dari proses pengukusan daging yang menjadikannya disebut lilit basah.Â
Rasanya sudah tidak diragukan lagi, perpaduan antara manis dan gurih menjadi satu. Lilit basah ini cocok untuk lidah yang tidak terlalu menyukai rasa pedas karena tidak banyak mengandung chili. So delicious! Sementara untuk penggila pedas, silakan mencoba varian lain yaitu sate merah. By the way, Sate Ratu menyediakan bumbu sate merah yang dijual terpisah dengan tujuan pengunjung dapat mencoba membuat sate sendiri di rumah.
1. Owner Turun Tangan Melayani Pelanggan
Ada yang berbeda dengan sistem customer service di Sate Ratu Yogyakarta. Jika pada bisnis lain seorang owner duduk manis di balik meja kerja privat, Fabian Budi Seputro sang perintis restoran ini justru tak malu untuk turun tangan. Beliau ikut menggeluti berbagai proses pembuatan menu satenya. Mulai dari memotong daging, meracik bumbu, hingga membakar sate.
Pelayanan ekstra menjadi pondasi yang kokoh untuk terciptanya suasana nyaman. Sang owner selalu menyempatkan diri menyapa para pelanggannya. Saat pertama kali menginjakkan kaki di depan pintu, pengunjung akan dihadiahi sapaan hangat dari owner.Â