Netizen adalah makhluk maha benar, maha tahu, dan maha mengetahui. (Fajar Junaedi, dosen UMY)
Arus modernisasi membawa perubahan pada kebutuhan pokok manusia. Yang dulu hanyalah primer, sekunder, dan tersier, kini ditambah konsumsi media online. Pergerakan informasi yang lebih cepat dan transparan lewat sosial media menjadikannya lebih unggul dibandingkan media cetak. Kita bisa melihat dunia luar dengan berbekal smartphone saja, tak perlu lagi duduk berlama-lama di ruang perpustakaan atau menyapa toko buku. Namun di balik sisi positifnya, sosial media menyimpan berbagai potensi negatif. Misalnya saja beredarnya kabar hoax, permainan politik, biang gosip, atau pencemaran nama baik.
Tetapi kita tidak perlu khawatir, kini masyarakat umum dapat lebih bijak menggunakan sosial media dengan menjadi citizen journalism (CJ). Sebagai CJ, warga dapat bebas menyebarluaskan konten positif dengan kreativitasnya masing-masing. CJ dapat mengangkat tema reportase, kuliner, politik, dan lain sebagainya tanpa terikat aturan perusahaan berbasis media.
Seorang CJ juga harus mengedepankan impact yang baik bagi lingkungan online maupun offline di sekitarnya. Salah satu tolok ukur kesuksesan seorang CJ adalah saat ia mampu menginspirasi seseorang untuk berani melakukan perubahan positif dalam hidupnya. Misalnya saja liputan wisata yang menyajikan eksotisme puncak gunung Rinjani. Ketika seorang audience dengan phobia ketinggian mulai berani mencoba melangkahkan kaki ke pegunungan demi menikmati bentang alam yang indah layaknya CJ dalam video yang disaksikannya, audience tersebut secara tidak langsung sudah tersugesti oleh liputan yang ditontonnya.
Tanpa perlu menunggu waktu lagi, workshop kali ini diakhiri dengan praktek langsung menjadi citizen journalism. Menarik bukan?
Let's create something different!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H