Mohon tunggu...
Ianna Prsyn
Ianna Prsyn Mohon Tunggu... Lainnya - Undergraduate Student

I am a student majoring in International Relations

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perspektif Realisme Klasik, Neorealisme Ofensif, dan Neorealisme Defensif dalam sebuah kasus

18 Oktober 2023   04:03 Diperbarui: 18 Oktober 2023   04:09 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Konflik internasional seringkali terjadi dan melibatkan beberapa negara, konflik tersebut dapat disebabkan karena pertikaian dan persaingan. selain itu, konflik juga dapat mengakibatkan terjadinya peperangan jika konflik tersebut sudah mencapai klimaks. Teori Hubungan Internasional memiliki pandangan yang berbeda-beda dalam memandang sebuah konflik , ada beberapa contoh kasus dan pandangan teori  yang akan di bahas dalam tulisan ini.
 
1. Teori Realisme Klasik
Realisme klasik adalah teori hubungan internasional yang diciptakan setelah Perang Dunia II teori ini memberikan pendapat bahwa sifat negara merupakan  sifat dari manusia yang egois dan memaksa sebuah negara maupun individu untuk mendahulukan kepentingannya di atas ideologi. Invasi Irak ke Kuwait atau  dikenal dengan Perang Teluk II merupakan salah satu  contoh  kasus yang memberikan pandangan teori realisme klasik.  Menurut perspektif  realisme klasik, konflik ini terjadi di sebabkan adanya persaingan antar negara yang bertujuan untuk mendapatkan kekuasaan, kepentingan, dan pengaruh  dalam sistem internasional yang anarkis.
Invasi ini terjadi pada tahun 1990-1991, invasi ini dimulai dengan Irak menyerang Kuwait agar dapat meningkatkan pengaruhnya di wilayah tersebut. Serangan ini mendapatkan ini di kecam oleh Dewan Keamanan PBB dan mengeluarkan resolusi yang menuntut Irak agar meninggalkan wilayah Kuwait. Tetapi hal itu tidak di tanggapi oleh Irak, sehingga Amerika Serikat sebagai Dewan Keamanan PBB tetap menggunakan Hak Veto untuk menyerang dan mnghentikan Irak. Pada akhirnya Irak menerima resolusi PBB yang memberikan penawaran untuk menarik kembali pasukannya dari wilayah Kuwait.
 
2. Teori Neorealisme Ofensif
Dalam teori neorealisme ofensif ini berpusat pada akumulasi kekuatan negara, dimana kekuatan tersebut bersifat relatif yang pada akhirnya akan menciptakan hegemoni regional pada suatu negara. Perspektif neorealisme ofensif memberikan pandangan terhadap persaingan satelit antara Cina dan Amerika Serikat sebagai upaya untuk memaksimalkan kekuasaan agar dapat menguasai sistem internasional melalui perkembangan teknologi satelit dan senjata anti satelit
Pada 11 Januari 2007, Cina menjatuhkan satelit cuaca Fengyun-1C di ketinggian sekitar 530 mil di orbit rendah bumi. Cina menjatuhkan satelit tersebut dengan cara menghantam roket kinetik anti-satelit sehingga satelit itu menjadi hancur. 

Cina melakukan penghancuran tersebut untuk menguji satelit miliknya, peristiwa tersebut mengundang perhatian Amerika Serikat sehingga juru bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat, memberikan tanggapan public yang menyatakan bahwa Cina melakukan pengujian senjata tersebut tidak konsisten dengan kerjasama yang yang di inginkan kedua negara untuk area sipil luar angkasa. Peristiwa ini tentunya menjadi salah satu persaingan Amerika Serikat dengan Cina yang semakin memanas. Terutama kedua negara tersebut adalah negara yang memiliki power yang kuat dan memiliki senjataan nuklir yang hebat seperti layaknya anggota Dewan Keamanan Persatuan Bangsa-Bangsa (DK PBB) lain.
 
3. Teori Neorealisme Defensif
Teori ini memberikan pendapat bahwa suatu negara tidak perlu meningkatkan power, pada teori ini negara hanya berfokus padapertahanan dan keamanan nasional. Contoh kasus dalam teori neorealisme defensif juga menggunankan kasus persaingan antara Amerika Serikat dengan Cina.
Cina telah melakukan pengembangan kapabilitas militer ruang angkasa yang sudah mencapai pengembangan anti-satelit (ASAT). Seperti kita ketahui, anti satelit adalah sebuah senjata yang dapat menyabotase atau menghancurkan satelit, adanya pengembangan teknologi anti satelit ini telah menimbulkan banyak kontroversi di berbagai negara mengenai dampaknya yang dapat berdampak buruk dan dapat merugikan untuk satelit yang terbang di luar angkasa. Amerika Serikat muncul sebagai negara yang sangat mengkritik tindakan Cina dalam tindakannya melakukan pengembangan ASAT. Hal tersebut mengingatkan akan besarnya ketergantungan Amerika Serikat terhadap satelit dan ruang angkasa. Amerika Serikat telah mendominasi besar dalam teknologi pengembangan ASAT , sehingga pengembangn ASAT oleh Cina menjadi menjadi guncangan terhadap negara tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun