Mohon tunggu...
Latif N. Janah
Latif N. Janah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Cerpen | Fotografi | Sandal Jepit | Batik | Sambal | Sepeda | Pasar Tradisional\r\n pacelatonlatif.wordpress.com\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

[WPC 34] EXIF Data Bukan Harga Mati

25 Februari 2013   14:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:42 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengaturan kamera atau setting yang pas, bukanlah kunci utama terciptanya sebuah foto bagus. Toh, sebuah karya akan diapresiasi secara berbeda oleh tiap-tiap orang. Itu artinya, jika pun sebuah karya seseorang dinilai bagus oleh orang itu sendiri, bukan berarti khalayak juga akan menilai demikian.

Data yang ada dalam sebuah foto, yang menampilkan bagaimana atau pengaturan apa yang dipilih dalam mengambil suatu objek bukanlah harga mati yang menjadi patokan agar menghasilkan foto serupa dengan data tersebut. Banyak dari kita,  termasuk saya sendiri, sering terjebak dengan data atau pengaturan kamera yang digunakan oleh orang tertentu. Memang, tidak ada salahnya untuk ‘mencoba’ meniru dengan setting yang sama persis, namun tak ada alasan untuk frustasi jika hasil foto yang dihasilkan tidak sama. Seperti dalam postingan Mas Ajie Nugroho, ada hal-hal di luar perkiraan kita yang sangat berpengaruh terhadap hasil foto kita. Pencahayaan alami yang mungkin sering kita gunakan misalnya, akan menyebabkan hasil foto yang berbeda meskipun kamera dan pengaturannya sama persis.

EXIF data yang diusung sebagai tema WPC ke-34 ini, seperti mencuatkan kembali slogan Kampret di pikiran saya. See, feel, think adalah tiga kata ‘penyemangat’ untuk seorang pemula seperti saya dalam ‘menggemari’ fotografi. Misalkan kita terpaku pada patokan ISO, Focal Lenght, Speed, White Balance, Exposure, atau apa pun yang dipakai untuk mengambil objek tertentu, bukan tidak mungkin, kita akan terjebak dengan hasil foto yang mainstream, artinya, kita akan menginginkan hasil foto yang sama. Tanpa kita sadari, sebenarnya, kamera yang berada di balik genggaman kita, akan lebih maksimal dalam membidik suatu objek jika kita bubuhi dengan see, feel, think. Melihat, merasa, dan berpikir dari sudut pandang kita sendiri. Membubuhkan pesan dalam foto dengan pengambilan sudut yang pas karena sebuah foto, terkadang bisa berbicara lebih banyak. Belajar dari EXIF memang perlu, tapi lebih kepada belajar untuk tidak terpaku.

Foto-foto koleksi saya berikut, khusus bidikan dengan kamera saku. Kebetulan juga, kamera saya ini tidak bisa di-setting F-Number dan Speed-nya, sehingga saya hanya bisa bermain dengan ISO, Flash, dan White Balance-nya saja. Namun begitu, saya percaya bahwa bukan alat yang menentukan hasil akhir, namun sekali lagi, kita perlu melihat, merasa, dan berpikir dengan cara yang lain. Cara kita sendiri.

13618035511709620541
13618035511709620541

13618036911403993746
13618036911403993746

1361803799780893060
1361803799780893060

1361804057978689385
1361804057978689385

Solo, Februari 2013

Semua foto adalah koleksi pribadi.

[WPC 34] EXIF (Metadata)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun