Jika menulis adalah passion, maka memotret adalah hobi  saya. Bagi saya, menulis tidak hanya merangkai huruf menjadi kata, kata menjadi kalimat, kalimat menjadi paragraf, dan paragraf menjadi kesatuan cerita yang utuh (dalam hal ini cerpen). Bagi saya sendiri, menulis cerpen bukan hanya merangkai alur cerita, namun juga memberi ruh dalam setiap cerita yang disuguhkan. Tentu, dalam hal ini kita dituntut untuk memainkan imajinasi; mengarang, mendeskripsikan, menarasikan, serta menghidupkan tokoh dalam cerita. Selain itu, yang terpenting adalah memberi kesan kepada orang lain atas apa yang kita tulis, atau yang disebut amanat dalam cerpen.
Mengadopsi hal itu, saya mencoba menerapkannya dalam objek foto. Jika kita harus memperkuat penokohan dalam cerpen, dalam memotret pun demikian. Di setiap objek yang kita bidik, kita diharapkan mampu "menghidupkannya".  Dari point of view yang berbeda, kita pun akan mendapat kesan berbeda  dari objek yang sama. Namun demikian, interpretasi terhadap objek, sangat tergantung dari subjek yang meilhatnya. Atau dengan kata lain, setiap orang mempunyai selera yang berbeda.
WPC minggu ini yang mengusung tema "Project Alpha Beta", menggerakkan saya untuk mulai mengarahkan lensa ke sudut-sudut dalam rumah. Dan ternyata tak semudah yang dibayangkan.  Tadinya, saya pikir, hanya dengan membidik benda yang memproyeksikan suatu karakter atau huruf, kita sudah mendapat hasil yang bagus. Namun,  tanpa adanya setting atau pengaturan yang lain, misalnya pencahayaan, angel yang pas, serta tata letak objek yang menarik, semua itu tak akan ada artinya. Lagi-lagi sama halnya dalam menulis, tema yang unik sekali pun, tak akan mampu memberi kesan khusus tanpa adanya unsur pendukung lainnya. Berikut foto-foto  yang berhasil saya ambil:
1.  Huruf  "C"
Berikut adalah gantungan baju yang saya bidik bagian atasnya. Jika kamera diarahkan ke bawah sedikit, maka akan nampak  simbol "?" atau tanda tanya. Namun, saya lebih suka saat mendapatkan huruf "C" dari gantungan tersebut.
2. Huruf "T"
Untuk foto satu ini, saya menancapkan steker listrik berbentu T yang biasanya kita gunakan pada stop kontak di lantai ubin. Ya, di ubin yang semennya sudah retak, sehingga kaki steker bisa menancap kuat. Tanpa perlu editing yang rumit, saya rasa hasil dari jepretan ini sangat memuaskan (bagi saya lho, ya). Tentu, mungkin akan berbeda menurut rekan-rekan.
Kebiasaan saya berlama-lama duduk di ruang tamu, membuat saya melirik benda satu ini. Asbak. Masih dengan serbuk-serbuk rokok yang beterbaran, ada huruf "W" terpapar dari sudut lancip bagian atas asbak. Kejelian menjadi kuncinya.