Rasanya tak akan habis jika berbicara tentang festival yang diselenggarakan untuk memperingati hari kemerdekaan. Begitu juga dengan kemeriahan yang terjadi di Gemolong, Sragen, Jawa Tengah, sebuah kota kecamatan yang terletak 21 kilometer sebelah utara Solo.
Kota yang relatif kecil wilayahnya ini tak pernah luput dari acara pawai kemerdekaan atau yang kerap kali disebut masyarakat setempat dengan “karnaval”. Sebelum acara ini digelar, tentunya, pada 17 Agustus kemarin dilaksanakan upacara kemerdekaan di lapangan Suci Gemolong yang terletak di kelurahan Gemolong sendiri.
Berbagai sekolah juga tak melewatkan kemeriahan ini begitu saja. Macam-macam lomba antar kelas pun digelar demi memeriahkan bulan Agustus ini.Tak hanya antar kelas, biasanya, pertandingan olahraga seperti bola voli dan sepakbola dilaksanakan antar SMA se-kecamatan.
Puncaknya digelar pada 31 Agustus yakni pawai seluruh sekolah yang ada di kecamatan Gemolong. Ormas pun tak ketinggalan juga. Mereka, sekolah dan ormas itu diharuskan berkreasi menunjukkan kebolehan yang menjadi kerakter masing-masing atau mengangkat seputar isu yang sedang aktual di masyarakat. Setelahnya, mereka akan dinilai oleh panitia yang termasuk didalamnya perwakilan dari pihak kecamatan dan polsek Gemolong.
Sehari sebelum itu telah digelar lomba gerak jalan yang diikuti seluruh sekolah se-kecamatan Gemolong mulai dari tingkat SD/MI sampai SMA/SMK.
Berikut beberapa kreasi yang ditampilkan oleh peserta karnaval:
Mengangkat tema seputar haji dan kota Mekah, SDIT (Sekolah Dasar Islam Terpadu) Gemolong ini menyulap sterofom dalam ukuran besar yang dihias sedemikian hingga membentuk miniatur Ka’bah dan Alquran.
SMA Negeri 1 Gemolong tampil memukau dengan kreasi batiknya. Sesuai ciri khas kota Solo yang terkenal dengan sebutan kota batik, dibalik kreasinya ini, SMA tersebut tentunya bermaksud meyampaikan pesan untuk melestarikan batik karena sejatinya batik merupakan budaya asli Indonesia. Kreasi dari SMA itu pun tak kalah menarik dengan kreasi yang dijumpai di acara SBC (Solo Batik Carnival) di kota Solo.
Patung bertema pegawai negeri ini diusung oleh salah satu sekolah dasar di Gemolong. Yang menjadikan hal ini unik bahwa patung tersebut hanya terbuat dari dua batang kayu yang diberi busana berupa seragam pegawai negeri (patung pria).
Marching band MI Negeri Kwangen tampil untuk kali pertama karena sesuai informasi yang saya dapat, sekolah ini baru mempunyai grup drum band pada tahun ini. Dan perhelatan ini sekaligus menjadi ajang pertama bagi mereka untuk unjuk kebolehan.
Tema “masjid” digagas oleh pemuda yang tergabung dalam organisasi karang taruna dukuh Candirejo yang kreatif menghias becak dengan kardus bekas yang dibentuk menyerupai kubah masjid.
Tak ketiggalan, sebuah toko kacamata di Gemolong turut serta memeriahkan karnaval dengan mobil pick up mereka yang didandani dengan kacamata super besar.
Karnaval kecamatan Gemolong diadakan setiap tahunnya sebagai sarana bagi masyarakat untuk saling berinteraksi. Unjuk kebolehan masing-masing bukan untuk merasa paling unggul, namun untuk selalu menjaga rasa kesatuan dan tentunya ajang promosi bagi sekolah-sekolah sekaligus untuk memeriahkan kemerdekaan Indonesia ke-67.
Dirgahayu Indonesia!
Gemolong, 31 Agustus 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H